A. Estetika
Suatu penelitian yang bersifat ilmiah memerlukan
landasan teori yang kuat dan kokoh agar penelitian terhadap nilai yang
terkandung dalam tari serampang dua belas masyarakat melayu Kecamatan Siak dapat
terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikan, adanya
landasan teori bersifat ilmiah penelitian menjadi dapat dipertanggung jawabkan.
Tradisi sangat berkaitan langsung
dengan estetika dikarenakan di dalam tradisi ditemukannya keindahan atau
kesenangan. Estetika berasal dari kata aestethic
atau pleasure (inggris). Pengertian kesenangan ini diartikan sebagai rasa
nikmat, suka, gembira, dan mesra.[1]
Dalam kesenangan estetika bisa didapatkan nilai yang tidak terkira menambah
kekayaan kehidupan. Karena pentingnya peranan keindahan dan kesenangan dalam
kehidupan, maka permasalahan keindahan dan kesenangan ini sudah ada sejak zaman
purba difilsafatkan.
Istilah estetika diperkenalkan oleh Alexander Gottlieb Baumgarten
melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan.
Menurutnya, menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan
intelektual dan pengetahuan indrawi dengan melihat bahwa estetika baru muncul
pada abad 18. Maka dari itu pemahaman mengenai keindahan sendiri harus
dibedakan dengan pengertian estetik.[2]
Dalam hal ini J. Addison, memadankan
estetika dengan teori cita rasa. Estetika sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan
pada kegiatan dari pengamatan yang dilakukan dengan menggunakan
panca indera, yaitu (1) mata sebagai indera penglihatan, (2) hidung sebagai
indera penciuman, (3) telinga sebagai indera pendengaran, (4) lidah sebagai indera
pengecap, dan (5) kulit sebagai indera peraba. Sebagai contoh, dalam mengamati
suatu karya seni, kita menggunakan kelima indera tersebut untuk mendapatkan
kesan yang ditimbulkan dari karya seni yang diamati, baik itu kesan warna,
ruang, tekstur, dan sebagainya. Setelah kita mendapatkan kesan dari karya seni
yang kita amati, maka kita dapat merasakan unsur keindahan yang terdapat pada
karya seni tersebut. Keindahan bersifat relatif bergantung pada selera atau
cita rasa masing-masing individu. Selera atau cita rasa (Inggris: taste)
yang dimaksud adalah kecenderungan menyukai sesuatu atau hal-hal yang pernah
dialami.
Jika dilihat dari efek estetis tidak
sekedar dalam kaitannya dengan keindahan secara langsung. Keberadaan estetis
pada ciri-ciri tertentu sangat menonjol dan menjadi sebuah satu kesatuan pada
karya seni. Nilai keindahan tersebut tidak serta-merta ada dan tampak pada
karya seni. Untuk memunculkan keindahan tersebut memiliki syarat-syarat.
Adapun syarat-syarat keindahan, yakni:
1.
Kesatuan
Kesatuan
adalah karya seni harus utuh, yang artinya setiap bagian atau unsur yang ada
padanya menunjang usaha perlengkapan isi hati ini berarti bahwa setiap unsur
atau bagian karya seni benar-benar diperlukan dan disengaja adanya dalam karya
tersebut.
2.
Keharmonisan
Keharmonisan
berkaitan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya seni dengan unsur atau
bagian lain, yang artinya unsur atau bagian itu harus menunjang daya ungkap
unsur atau bagian lain yang bukan mengaburkannya.
3.
Keseimbangan
Keseimbangan
ialah unsur atau bagian karya seni, baik dalam ukuran maupun bobotnya seimbang
dengan fungsinya.
4.
Fokus
Tekanan
yang tepat adalah bagian atau unsur yang penting mendapat penekanan yang lebih
dari unsur-unsur yang kurang.[3]
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana,
estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu
keindahan dan seseorang bisa merasakannya. Antara estetika dan karya seni
memiliki hubungan yang kuat seakan tidak bisa dipisahkan oleh suatu jarak. Hal
ini disebabkan karena adanya satu kesatuan antara estetika dan karya seni. Satu
kesatuan tersebut amatlah bermakna dan menjadi sesuatu yang
mendasar.
Adapun nilai estetika yang terdapat dalam tari
serampang dua belas sangat banyak sekali dan memerlukan pengkajian yang
mendalam. Tiap-tiap masyarakat senantiasa mempunyai suatu sistem nilai agar
tiap tingkah laku anggota masyarakat dan kelompok dapat diukur dengan
nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Apabila gagasan dan
hasil rancangan serupa itu telah diikuti dan diindahkan bersama, maka semua
gagasan dan model perbuatan itu akan menjadi semacam pedoman, ketentuan, kaidah
dan pola tindakan.[4]
Nilai estetika yang terkandung dalam tari serampang
dua belas merupakan suatu bentuk kegembiraan, kebahagiaan dalam perjalanan
muda-mudi dalam mencari jodoh.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tari
serampang dua belas mampu memberikan pemahaman mengenai budaya dan tradisi
dalam masyarakat.
B. Estetika Gerak Tari
Estetika
diartikan indah. Pada awalnya estetika mencakup seluruh nilai seperti nilai
seni, alam, moral, dan intelektual. Perkembangan berikutnya, definisi estetika
(keindahan) adalah kesatuan dari hubungan bentuk yang terdapat diantara
kesadaran kita.
Estetika bukan bagian dari kualitas atau
peristiwa, tapi bagaimana cara kita menangkapnya. keindahan tersebut karena
mengacu pada selera. Estetika tari dapat diamati melalui wirama (irama), wiraga
(keterampilan gerak), wirasa (rasa),
serta unsur-unsur yang mendukungnya seperti musik. [5]
Hal yang perlu dipahami dalam mengamati karya
tari adalah adanya faktor subjektif dan objektif. Benda itu sangat estetis
(indah) karena adanya sifat yang melekat pada benda indah, dan tidak terkait
dengan orang yang mengamati. Selain itu juga dikatakan bahwa munculnya
keindahan itu karena adanya tanggapan perasaan dari pengamat. Jadi, keindahan
itu ada karena proses hubungan antara benda (karya tari) dan alam pikiran orang
yang mengamati.
Pengamatan kemampuan visual akan membuahkan
persepsi yang berbeda-beda. Kemampuan kognitif (intelektual) juga berpengaruh
terhadap persepsi imajinasi demikian juga psikis. Ketiga hal ini akan
menentukkan subjektivitas dan objektivitas pengamat di dalam mencermati karya
tari.
Pengamatan tidak hanya mengandalkan kemampuan
berimajinasi saja tetapi juga keluasan pengetahuan intelektual dan estetis yang
dimilik seseorang dan dalam keadaan yang bagaimana kejiwaan seseorang. Apabila
pengamatan karya tari didominasi oleh salah sati aspek saja maka hasil analisis
menjadi subjektif. Oleh karena itu pengamatan yang baik memerlukan kesiapan
fisik, psikis, dan intelektual yang berjalan bersama-sama. Dengan kata lain
mengamati karya tari membutuhkan bekal pengalaman estetis dan pengetahuan
intelektual. Pengalaman estetis dapat diperoleh melalui kesinambungan didalam
melihat pementasan karya tari dan belajar menari. Sedangkan, pengalaman
intelektual akan terasa melalui kegiatan membaca dan diskusi serta hasil
pengamatan karya tari yang estetis.
C. Pengertian Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas
merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang dibawah Kesultanan Serdang.
Penciptaan tari Serampang Dua Belas ini, berdasarkan penelitian lapangan
dilakukan oleh Orang Kaya (O. K.) Adram dari Pantai Cermin di akhir decade
1930-an menjelang Indonesia merdeka. Pada saat itu sudah dibuat ragamna
sebanyak dua belas, dan telah pula dibuat lambing atau simbolnya oleh O. K.
Adram. Kemudian Guru Sauti belajar tarian ini dengan O. K. Adram. [6]
Sebelum
bernama Serampang dua belas, tarian ini bernama
Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu
lagu Pulau Sari. [7]
Sedikitnya ada dua
alasan mengapa nama Tari Pulau Sari diganti Serampang dua
belas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini
bertempo cepat (quick step).
Menurut Tengku Mira
Sinar, nama tarian yang diawali kata ‘pulau’ biasanya bertempo rumba, seperti
Tari Pulau Kampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang dua
belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari
Serampang Laut. Berdasarkan hal tersebut, Tari Pulau Sari lebih tepat
disebut Tari Serampang dua belas. Nama duabelas sendiri
berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang.[8] Kedua, penamaan
Tari Serampang dua belas merujuk pada ragam
gerak tarinya yang berjumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap,
memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat,
menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar pengantin,
dan pertemuan kasih.[9]
Pada awal perkembangannya, Tari Serampang Dua Belas hanya boleh
dibawakan oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat pada saat itu
melarang perempuan untuk tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan
lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman, di mana perempuan
sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala kegiatan, maka
Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara berpasangan antara laki-laki
dan perempuan di berbagai pesta dan arena pertunjukan.
Hingga saat ini, Tari Serampang Dua Belas sudah berkembang ke
beberapa daerah di Indonesia selain Sumatra Utara, seperti Riau, Jambi,
Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang Dua Belas sering
dibawakan di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand,
dan Hongkong. Provinsi Sumatra Utara pada mulanya terdiri dari dua wilayah,
yakni Sumatra Timur dan Tapanuli.
Wilayah Sumatra Timur terbentang dari perbatasan Aceh sampai
kerajaan Siak mempunyai batas-batas geografis yaitu sebagai berikut: (1)
sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah Aceh; (2) sebelah timur
berbatasan dengan Selat
Melaka;
(3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan dengan daerah Riau; (4) sebelah
barat berbatasan dengan daerah Tapanuli. Di antara daerah Aceh di utara serta
Riau di selatan dan tenggara inilah terletak kesultanan-kesultanan Meayu
Sumatra Timur (Kesultanan Serdang salah satunya). [10]
Dari uraian letak geografis tersebut
dapat dikaitkan mengapa Tari Serampang dua
belas turut
berkembang di wilayah Siak, Provinsi Riau.
D. Nilai Estetika Tari Serampang Dua Belas
Berdasarkan pada temuan di lapangan yaitu melalui wawancara dan
observasi, peneliti menemukan bahwa gerak Tari Serampang Dua Belas memiliki
jumlah 12 (dua belas) ragam. Hal ini sesuai dengan nama tarian itu sendiri
yakni Tari Serampang Dua Belas. Sejak bermulanya penciptaan Tari Serampang Dua
Belas oleh OK Adam dan Sauti, tari ini tetap sama seperti pada awalnya. Tidak
ada perubahan yang terjadi dikarenakan tarian ini telah dibakukan sejak lama.[1]
Serampang dua belas tidak bisa dirobah, sudah baku. Karena kita
tidak bisa mengubah hak cipta seseorang, kita hanya bisa mengembangkan dan
melestarikan.[2]
Tari Serampang Dua Belas diawali dengan ragam tari permulaan dan berakhir
dengan ragam yang ke-dua belas, yakni ragam sapu tangan. Dengan perpaduan
alunan alat musik akordion, biola, dan gendang bebano yang mengiringnya Tari
Serampang Dua Belas
Estetika atau aesthetic atau pleasure yaitu
kesenangan yang diartikan sebagai rasa senang, suka, gembira, bahagia dan mesra
pada sebuah karya seni termasuk pada seni tari. Estetika sebuah karya dapat
ditangkap dengan menggunakan lima indera yang dimiliki manusia. Melalui
tangkapan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan indera
peraba suatu karya dapat dipandang dan disebut indah. Namun demikian,
penyimpulan estetika karya seni itu sendiri bersifat relative. Hal ini
dikarenakan adanya perbedaan selera masing-masing individu dan cara berfikir.
Ilmu estetika kemudian berkembang menjadi keindahan. Dengan menggunakan kelima
indera pada individu, maka akan dirasakan keindahan tersendiri pada suatu karya
seni tari.
Estetika bukan bagian dari kualitas
sebuah peristiwa, melainkan tangkapan rasa keindahan oleh indra pada manusia.
Estetika pada gerak tari dapat didapati dari empat unsur tari yakni, wirama
(irama), wiraga (keterampilan gerak), wirasa (rasa), dan musik yang menunjang
penampilan tarian.
Salah satu cabang ilmu filsafat
yaitu nilai. Diantara pembagia nilai-nilai tersebut adalah nilai estetika
atapun estetis. Sebuah karya seni akan disebut indah jika telah memenuhi syarat
keindahan itu sendiri. Adapun syarat-syarat yang menentukan keindahan karya
seni antara lain:
1.
Terdapat
Kesatuan
2.
Terdapat
Keharmonisan
3.
Terdapat
Keseimbangan
4.
Terdapat
Fokus
Tari Serampang Dua Belas Kecamatan
Siak memenuhi syarat-syarat keindahan, sehingga gerak tari tersebut terlihat
indah ataupun memiliki nilai estetis.
Berdasarkan hasil wawancara dan
observasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapati bahwa gerak tari Serampang
Dua Belas Kecamatan Siak Sri Indrapura sudah tetap jumlahnya. Hal ini sesuai
dengan nama tari, jumlah ragam keseluruhannya adalah 12 (dua belas) ragam.
Tarian ini dibuka dengan ragam yang
disebut gerak Permulaan dan diakhiri dengan gerak atau ragam kedua belas, yakni
ragam tari sapu angan. Melayu sangat lekat dengan kebudayaan dan kaidah-kaidah
islam. Dapat dilihat dari gerakan-gerakan tari yang memiliki tata cara, tertib,
sopan santun, dan lembut dalam tari Serampang Dua Belas.[3]
Adapun nama-nama ragam pada gerak
tari Serampang dua belas yang dari hasil observasi peneliti yaitu sebagai
berikut:
1.
Ragam
Tari Permulaan
2.
Ragam
Berjalan
3.
Ragam
Tari Pusing
4.
Ragam
Gila Kepayang
5.
Ragam
Berjalan Bersifat
6.
Ragam
Gencat-gencat
7.
Ragam
Sebelah Kaki
8.
Ragam
Langkah Melonjak
9.
Ragam
Meloncat-loncat
10.
Ragam
Datang Mendatangi
11.
Ragam
Rupa-rupa
1. Nilai
Kesatuan Dalam Unsur-Unsur Estetika pada Gerak Tari Serampang Dua Belas
Kesatuan berarti sebuah karya seni
harus berbentuk utuh, dimana setiap bagian ataupun unsur yang ada pada karya
seni mampu menunjang usaha perlengkapan isi hati. Kesatuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
adalah perihal satu, satuan, terdiri atas beberapa bagian yang sudah bersatu.[5] Nilai
kesatuan merupakan salah satu bagian dari keindahan terutama pada tari
Serampang Dua Belas. Nilai kesatuan dalam unsur keindahan pada tari Serampang
Dua Belas telah terpenuhi. Hal ini terlihat pada gerakan kedua penari yang
seirama dan musik serta busana yang mendukung sehingga melengkapi bagian
kesatuan pada estetika itu sendiri.
1.1 Musik
Tari Serampang Dua Belas (gambar)
Musik merupakan salah satu produk kesenian yang berbentuk irama.
Musik adalah salah satu media ungkap kesenian, yang media utamanya bunyi,
disusun oleh dimensi waktu dan ruang. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat.
Di dalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari
proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu
sendiri memilikibentuk yang khas, baik dari sudut structural maupun genrenya
dalam kebudayaan.[6]
Pembagian musik Melayu secara umum terbagi dua bagian saja, yaitu
musik tradisional dan musik modern. Musik tradisi melayu berkembang secara
improvisasi, berdasarkan transmisi dalam tradisi lisan.[7]
Tari Serampang dua belas biasanya disajikan dalam bentuk ensambel. Menurut
Bapak Syafrijaldi yang merupakan penari dan juga mampu memainkan musik-musik
tari, dalam hal ini tari Serampang dua belas khususnya, bahwa alat-alat yang
digunakan untuk musik itu biasanya akordion, biola, kemudian ada gong atau
tetawak itu, kemudian ada kerincing.[8]
Melodi dalam musik tari Serampang dua belas paling sering
menggunakan akordion. Akordion atau dalam Bahasa Inggris piano accordion,
adalah alat musik dalam klasifikasi aerofon, yaitu penggetar utamanya adalah
udara, dimainkan dengan cara digendong, satu tangan memompa udara, dan tangan
lain memainkan melodi dan akord.[9]
Akordion merupakan alat musik yang paling utama karena dirasa pas sebagai
melodi pengiring tari Serampang dua belas.[10]
Gambar 1. Alat
Musik Akordion
Selain akordion, sering juga melodi dibantu dengan alunan alat
musik biola. Alat musik biola berfungsi memberikan warna heterofoni pada
iringan musik tari Serampang dua belas, maupun tari-tarian melayu lainnya.
Alunannya yang lembut sering memberikan kesan tersendiri bagi penikmat musik.
Dapat menjadi sangat menyayat hati dapat pula mengisahkan sebuah kisah yang
menggebu-gebu.[11]
Alat musik biola
asalnya adalah dari kebudayaan Barat, yang diadopsi oleh masyarakat melayu
sejak abad ke-16, dan kini dipandang menjadi bahagian dari alat musik
tradisional Melayu.[12]
Gambar 2. Alat
Musik Biola
Setelah pembawa melodi, dalam iring-iringan tari serampang dua
belas terdapat alat musik pembawa ritmik. Gendang ronggeng atau yang lebih
dikenal dengan istilah bebano pada masyarakat Kecamatan Siak menjadi
cirri dominan ensambel musik etnik Melayu.
Gendang pengiring yang dianggap
mewakili estetika seni Melayu terdiri dari dua, satu sebagai gendang induk dan
satu lagi sebagai gendang anak atau peningkah. [13]
Teknik menghasilkan empat onomatopeik bunyi pada bebano yakni tak (anak),
ding (cak), dang (cal), dan tung (gong).
Gambar 3. Alat Musik Gendang Bebano
Selanjutnya pada musik pengiring
tari Serampang dua belas terdapat pula pembawa fungtuasi ritmik, yaitu gong
atau tawak atau tetawak dan ada juga menggunakan kerincing.[14]
Tetawak umumnya memiliki tinggi badan yang lebih besar apabila dibandingkan
antara tinggi badan dan diameter badannya.
Gambar 4. Alat Musik Tetawak
Meski demikian, berpatokan pada
perkembangan zaman, untuk musik tari Serampang Dua Belas apabila ingin
dikolaborasikan dengan alat musik elektronik lain bisa saja, dengan partitur
yang sama. Tidak mesti harus terikat harus ada saksofon, boleh saja kalau saksofon
bisa dimainkan, dengan nada yang sama sah-sah saja, tidak menyalahi aturan.
Namun tetap dengan rentak yang sama, yaitu rentak joget.[15]
4.1.1.2
Busana
Tari Serampang Dua Belas
Selain daripada musik, busana juga sangat menentukan kesatuan dari
Tari Serampang Dua Belas. Bagian ini mampu menjadi pemikat ataupun daya tarik
sehingga terjadinya penyatuan gerak dan rasa yang mencapai kesempurnaan. Menurut
adat Melayu, tari Serampang Dua Belas menggunakan busana tradisi Melayu.
Menurut konsep masyarakat Melayu, pada dasarnya baju kurung
memiliki makna dikurung oleh syarak (hukum Islam). Dalam kebudayaan Melayu,
pakaian menurut syarak yaitu tidak tipis, tidak ketat, dan tidak terbuka. Hal
inilah yang menjadi inti dari ajaran adat Melayu dalam berbusana, apakah pakaian
sehari-hari, ke pesta, maupun pakaian adat Melayu.[16]
Pada penari wanita biasanya dipilih antara kebaya labuh atau baju
kurung. Busana ini diperindah lagi dengan tambahan property lainnya seperti
sanggul, hiasan bunga, anting, selendang, dan sapu tangan. Sapu tangan ini
diselitkan pada bagian ujung atas kancing baju. Adapun sapu tangan ini akan
digunakan pada ragam terakhir tari Serampang Dua Belas.
Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber, Bapak
Syafrijaldi atau yang akrab disapa Nda bahwa untuk pemasangan sanggul pada
penari wanita menggunakan sanggul aslinya sanggul suluk. Ada dua yang besar
dibelakang, kemudian rambut di sasak.
Gambar 5.
Busana Penari Perempuan Serampang Dua Belas
Pada penari laki-laki tari Serampang
Dua Belas yakni menggunakan busana tradisi Melayu. Busana yang digunakan dari
kostum laki-laki menggunakan tanjak, kopiah, bros, baju teluk belanga, kain
songket dan sapu tangan.[17]
Boleh pakai capal, boleh pakai sepatu. Kalau mau menari depan pejabat boleh
pakai sepatu atau capal, boleh juga tidak menggunakan sandal.[18]
Gambar 6.
Busana Penari Laki-laki Serampang Dua Belas
Adapun property sapu tangan yang ada
pada penari laki-laki tari Serampang Dua Belas diselitkan di kantong bajunya,
juga digunakan pada ragam terakhir tari Serampang Dua Belas.
4.1.2
Nilai
Keharmonisan Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas
Keharmonisan menurut arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah
keserasian, kecocokan, keselarasan.[19]
Keharmonisan yang terdapat pada gerak tari Serampang Dua Belas yakni terlihat
pada gerak tangan baik penari perempuan maupun penari laki-laki.
Secara garis besar, keharmonisan pada gerak tari Serampang Dua
Belas terlihat pada gerak tangan dan kaki, baik penari laki-laki maupun penari
perempuan. Penari yang menari berhadap-hadapan sebagai bentuk pertemuan dua
anak manusia yang diharapkan berjodoh. Setiap gerak langkah kaki diawali dengan
kaki kanan dan bergerak sama maju mundur berputar dengan rentak yang sama antara
keduanya.[20]
Kemudian daripada itu nilai keharmonisan ini terdapat antara
manusia dengan alam.[21]
Terdapat gerak tangan seperti Jumput, yaitu jari telunjuk dan ibu jari
saling merapat sedangkan ketiga jari lainnya saling menjauh sehingga tidak
rapat. Adapun pesan komunikasi yang dibangun oleh gerak ini yakni sebagai
seorang insan mestilah pandai memilih apa yang sepadan dengan diri kita
masing-masing, seperti menjumput benang dalam tepung, menjumput putik bunga,
dan lainnya. Gerakan jumput ini digerakkan oleh penari perempuan.
Selain pada gerak penari perempuan, nilai keharmonisan pada tari
Serampang Dua Belas juga terdapat pada gerak penari laki-laki. Misalnya saja
pada ragam tari pusing, penari laki-laki melakukan gerak Ngebeng. Penari
laki-laki memiringkan sedikit salah satu bahu mengitari penari perempuan.
Gerakan ini adalah ekspresi memikat hati kekasih pujaan oleh lelaki. Secara
alami dalam kebudayaan Melayu, laki-laki yang bersifat progresif mendekati
perempuan dalam konteks percintaan dan membentuk rumah tangga, dan melestarikan
generasi muda. Sedangkan penari perempuan bergerak tersipu malu sebagai bentuk
kesantunan sebagai seorang wanita.[22]
Dengan demikian terdapat kesantunan pada gerak tari Serampang Dua
Belas yang berarti menunjukkan adab orang Melayu dalam bergaul lain jenis.
Adanya keramahan namun tetap dalam norma kesopanan dan tidak melanggar aturan
agama. Hal ini sesuai dengan kebudayaan Melayu yang sangat berkaitan erat
dengan atura agama Islam.
4.1.3
Nilai
Keseimbangan Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas
Keseimbangan dalam bahasa Inggris berarti balance. Yakni
keadaan yang sama rata atau sama banyak pada suatu hal. Sedangkan menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia, keseimbangan adalah seimbang, sebanding, atau sama.[23]
Keseimbangan pada tari Serampang Dua Belas juga terdapat pada gerak
kaki Menumit, yaitu hanya bagian tumit saja yang mencecah ke lantai,
sedangkan ujung jari kaki sampai ke bagian tengah tidak cecah ke lantai. Pada
gerakan maksimum manumit, ujung jari kaki membentuk sudut setengah siku-siku
terhadap lantai. Menumit bermakna bahwa meski hanya dengan kedua tumit
semestinya seseorang boleh berdiri di muka bumi. Artinya pula keseimbangan
dalam berdiri, walau hanya dengan menggunakan dua tumit.[24]
Nilai keseimbangan lain yang pada tari Serampang Dua Belas juga
terdapat pada ragam goncek. Goncek adalah gerakan kaki menapak, salah satu kaki
digerakkan dengan manumit kemudian jinjit dan kembali manumit. Gerak ini
bermakna bahwa dalam menggerakkan kaki dengan saling bergantian secara estetika
sangatlah diperlukan. Seperti halnya dalam menjalani kehidupan kadangkala susah
kadang senang, kadangkala berada di atas kadang di bawah. Ini berarti terdapat
keharusan dalam menjaga keseimbangan dalam hidup ini, walau dengan hanya bekal
tumpuan yang terbatas.[25]
4.1.4
Nilai
Fokus Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas
Nilai estetis yang keempat yakni nilai fokus. Fokus menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia adalah pusat, memusatkan, terfokus pada satu tujuan.[26]
Lebih tepatnya yaitu unsur atau bagian yang sangat penting mendapatkan
penekanan yang lebih kepada unsur yang kurang.
Fokus yang terdapat pada tari Serampang dua belas ialah gerakan
yang merupakan bernuansa tradisi namun ditarikan dalam bentuk rentak joget.
Salah satu hal yang menjadi keindahan tersendiri pada tari Serampang dua belas ialah
penyajian tari dengan kelenturan, kelincahan dalam menggerakkan kaki dan tangan
dengan seirama, namun tetap pada sifat kelembutan dan sopan santun.
Selain itu perbedaan olah tubuh antara penari laki-laki dan
perempuan, dimana laki-laki menari dengan gayanya yang frontal berusaha menatap
penari perempuan namun tetap dalam kesopanan. Sedangkan penari perempuan yang
malu-malu mencuri-curi pandang tetapi tetap terlihat lembut dan anggun.[27]
Dengan kata lain tarian Serampang dua belas bisa dirasakan dan dinikmati setiap
ragamnya.
4.2 Makna Gerak Tari Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas di awali dengan ragam tari permulaan
dimana penari laki-laki dan perempuan berputar dari posisi awal hingga akhirnya
bertemu dan saling berhadap-hadapan.
Gerak dasar tari Serampang Dua Belas
beriringan antara gerak langkah kaki dan ayunan tangan mengikuti alunan musik
rentak joget.[28]
Adapun pergerakan tari Serampang Dua Belas memiliki empat struktur gerak, yaitu
kecak sisi, langkah menyilang, menyilang angkat, dan langkah lonjak.
Sesuai dengan nama tarian, Serampang
Dua Belas, tarian ini memiliki dua belas ragam yang teratur mulai dari ragam
awal pertemuan, ragam tari berjalan, ragam tari pusing, hingga ragam kedua
belas yaitu ragam tari sapu tangan. Setiap alur ini memiliki makna tertentu
yang secara simbolik adalah mengekspresikan dua sejoli manusia bercinta, dari
mulai saat pertama berkenalan hingga akhirnya bertemu di pelaminan menjadi
suami isteri.[29]
1.2.1
Ragam Tari Permulaan
Tari
Serampang Dua Belas bermula dengan penari laki-laki dan perempuan telah berada
di tengah tempat pementasan. Ketika musik mulai mengalun, dengan iring-iringan
akordion, biola, gendang bebano, dan tetawak penari memulai dengan hormat dan
memberi salam dengan cara merendahkan sedikit badan serta kepala sedikit
menunduk. Setelahnya dimulai dengan ragam pertama yaitu ragam tari Permulaan.
Ragam
tari permulaan dilakukan ditempat. Penari berputar di tempat dengan melakukan
langkah lonjak 2x8. Gerakan kepala penari laki-laki menoleh sedang perempuan
gerakan kepala teleng dan sedikit melirik.
Gambar 7. Ragam Tari Permulaan
pada Serampang Dua Belas
Ragam
permulaan bermakna pertemuan pertama yang berarti bermulanya perjumpaan dua
muda-mudi untuk kemudian saling berkenalan satu sama lainnya. Gerakan melirik
penari perempuan menunjukkan bahwa perempuan melayu yang santun dan tidak
agresif.[30]
1.2.2
Ragam Tari Berjalan
Setelah
ragam permulaan yang bermakna pertemuan pertama dilanjutkan dengan ragam tari
berjalan. Gerakan serong kanan langkah biasa dan kemudian mundur, lalu berbalas
ke arah serong kiri dengan langkah yang sama.
Gambar
8. Ragam Tari Berjalan pada Serampang Dua Belas
Pada
saat langkah maju dilakukan dengan gerakan lenggang biasa, kemudian mundur baik
penari perempuan maupun laki-laki dengan gerak tangan kecak sisi. Kecak sisi
yaitu penari perempuan dengan tangan kanan memegang kerah baju, tangan kiri di
sisi paha kiri. Sedangkan penari laki-laki melakukan gerak tangan kecak
pinggang. Ragam tari berjalan ini bermakna cinta meresap. Kedua anak manusia
ini mulai saling mengenal dan jatuh hati atau dengan kata lain tertarik satu
sama lain.[31]
1.2.3
Ragam Tari Pusing
Ragam
ketiga pada gerak tari Serampang Dua Belas adalah apa yang disebut dengan ragam
tari pusing. Gerakan maju serong kiri belok kanan langkah 1x8, kemudian maju
lewat garis tengah, mundur, setelahnya maju lalu kembali ke tempat.
Gambar 9. Ragam Tari Pusing pada
Serampang Dua Belas
Ragam
tari pusing bermakna memendam cinta. Kedua anak manusia yang saling jatuh cinta
namun tidak langsung mengutarakan perasaan masing-masing, melainkan memendam
cinta. Gerakan mundur pada ragam tari berjalan yaitu disebut titi batang. Gerak
kaki titi batang bermakna dalam menjalani hidup di dunia ini perlu
kehati-hatian, jangan leka terhadap godaan dunia.[32]
1.2.4
Ragam Gila Kepayang
Selanjutnya
adalah ragam keempa, yaitu ragam tari gila kepayang. Pada ragam gila kepayang,
penari melakukan gerak langkah menyilang sebanyak 4x8. Gerakan ini dilakukan
beredar sambil maju. Tangan penari laki-laki yaitu kecak pinggang, sedang
penari perempuan tangan kanan menggunakan teknik tersipu malu dan tangan kiri melakukan
gerak singsing.
Gerak
singsing memiliki maksud bahwa dalam hidup kita harus bekerja keras.
Singsingkan lengan baju untuk bekerja selaras dengan bidang masing-masing.
Gerak ini menunjukkan bahwa orang Melayu adalah orang yang rajin, tidak bermalas-malasan
untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.[33]
Gambar
10. Ragam Gila Kepayang pada Serampang Dua Belas
Sedang
makna dari ragam tari gila adalah mabuk kepayang. Mabuk kepayang dalam istilah
bahasa Melayu berarti mabuk karena jatuh cinta.[34]
1.2.5
Ragam Berjalan Bersifat
Ragam
yang kelima pada tari Serampang Dua Belas adalah ragam berjalan bersifat. Ragam
ini dilakukan dengan hitungan 4x8. Pada bagian pertama adalah gerak kaki
langkah berjalan, dan tengan gerak melenggang pada saat kedua penari maju.
Ragam ini ditutup dengan step S, atau gerakan maju dengan garis edar membentuk
huruf S.
Gambar
11. Ragam Tari Berjalan Bersifat pada Serampang Dua Belas
Ragam
tari berjalan bersifat memiliki makna berbagai isyarat tanda cinta. Hal ini
berarti bahwa masing-masing dari insan manusia ini memberikan isyarat bahwa
mereka telah sama-sama memiliki perasaan cinta.[35]
1.2.6
Ragam Gencat-gencat
Pada
tari Serampang Dua Belas terdapat ragam yang disebut dengan ragam gencat-gencat
atau yang lebih dikenal dengan ragam goncek.[36]
Ragam ini dilakukan dengan melonjak-lonjak. Beat tari pada ragam goncek
adalah sebanyak empat kali delapan. Gerakan ini dimulai dengan goncek kaki
sebelah kanan. Sikap kepala yang tunduk namun pada hitungan kedelapan posisi
kepala penari laki-laki tegak dan mengerling pada penari perempuan. Sedangkan
posisi kepala penari perempuan tetap tunduk namun mengerlingkan mata ke hadapan
penari laki-laki.
Gambar
12. Ragam Tari Goncek pada Serampang Dua Belas
Ragam
tari goncek atau gencat-gencat memiliki makna bahwa telah ada balasan isyarat.
Isyarat yang dimaksud di sini adalah isyarat cinta dari penari perempuan.[37]
Gerakan ini diulang kembali hingga seluruhnya berjumlah dua kali delapan
berganti-gantian antara kaki kiri dan kanan.
1.2.7
Ragam Sebelah Kaki
Ragam
selanjutnya adalah ragam sebelah kaki. Ragam ini memiliki total hitungan empat
kali delapan. Dengan teknik gerakan kaki melonjak, gerak tangan penari
laki-laki yaitu kecak pinggang, sedangkan penari perempuan menggunakan teknik
gerakan tersipu malu dengan tangan kiri menyinsing. Adapun gerakan mundur pada
ragam sebelah kaki menggunakan teknik celatuk dan tangan mendayung.
Gerakan
celatuk hampir memiliki makna yang sama dengan gerak goncek, dimana bahwa dalam
hidup harus selalu mensyukuri nikmat Allah. Sedang gerak mendayung memiliki
pesan tersirat yakni dalam kehidupan mestilah bekerja sesuai dengan bidang
masing-masing yang telah diberikan Allah. Selain itu juga bermakna harus pandai
dalam menentukan tujuan hidup.[38]
Gambar
13. Ragam Sebelah Kaki pada Serampang Dua Belas
Ragam
sebelah kaki ini sendiri memiliki makna menduga. Menduga berarti mengira.[39] Masing-masing
anak manusia menduga-duga apakah benar yang berada di hadapannya memiliki
perasaan yang sama yaitu rasa cinta ingin memiliki. Tidak hanya itu, penari
saling menduga apakah jodoh yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.
1.2.8
Ragam Tari Langkah Tiga
Ragam
kedelapan yaitu ragam tari langkah tiga. Gerakan maju langkah meyilang dan pada
hitungan keempat kaki diangkat dan maju kemudian mundur dengan gerakan yang
sama. Gerakan mundur pada ragam tari langkah tiga dengan gerak kaki meniti
batang.
Gambar 14. Ragam Tari Langkah
Tiga pada Serampang Dua Belas
Posisi
tangan penari laki-laki tetap kecak pinggang, sedang penari perempuan tangan
kanan gerakan tersipu malu dan tangan kiri dengan gerak singsing.
Ragam
tari langkah memiliki pesan makna belum percaya. Belum percaya di sini
bermaksud masing penari masih belum meyakini dengan perasaan masing-masing.
Perlu adanya pendekatan lebih untuk saling meyakinkan diri.[40]
1.2.9
Ragam Melonjak
Ragam
tari melonjak yakni dengan gerakan maju beredar langkah lonjak lima 1 kali 8
sebanyak empat kali dan ditutup dengan step S, atau gerak maju menuju garis
edar membentuk huruf S.
Gambar
15. Ragam Melonjak pada Serampang Dua Belas
Ragam
tari melonjak memiliki makna sudah ada jawaban. Sudah adanya harapan akan
saling memiliki perasaan masing-masing dari dua anak manusia ini.[41] Tetapi
tetap dengan gerakan penari perempuan tersipu malu dan laki-laki kecak
pinggang.
1.2.10 Ragam
Datang Mendatangi
Ragam
tari selanjutnya pada gerak tari Serampang Dua Belas yakni ragam datang
mendatangi. Pada bagian pertama gerakan kaki langlah celatuk dan tangan
mendayung. Sesekali ada juga penari laki-laki yang melakukan lompat kijang yang
memiliki makna semangat untuk meminang sang penari perempuan.
Gambar
16. Ragam Datang Mendatangi pada Serampang Dua Belas
Pada
bagian kedua terjadi balasan penari perempuan menjemput penari laki-laki dengan
langkah kaki sama yaitu celatuk dan gerak tangan mendayung.[42] Ragam
datang mendatangi berarti terjadi pinang-meminang. Penari laki-laki meminang
perempuan dan gayung bersambut, penari perempuan menerima pinangan penari
laki-laki.
1.2.11 Ragam
Rupa-rupa
Selanjutnya
gerakan yang kesebelas adalah ragam rupa-rupa. Gerakan tari maju menyilang 1
kali 8, gerakan maju pindah tempat langkah dua 1 kali 8. Kemudian gerakan maju
langkah menyilang angkat 1 kali 8, gerakan maju kembali ke tempat langkah biasa
1 kali 8.
Bilangan
satu pada nomor empat yang kedua penari mencabut sapu tangan yang terselit di
kancing baju pada penari perempuan dan terselit di saku baju pada penari
laki-laki.
Ragam
rupa-ruupa memiliki pesan makna menghantar pengantin. Ragam ini sudah hampir
mencapai puncak pertemuan jodoh antara dua anak manusia yang telah saling jatuh
cinta.[43]
Gambar
17. Ragam Rupa-rupa pada Serampang Dua Belas
4.2.12 Ragam Sapu Tangan
Ragam terakhir adalah raga sapu tangan. Gerakan
melingkar menyatukan sapu tangan langkah biasa 1 kali 8, gerakan maju ke
belakang 1 kali 4 dan ke depan 1 kali 4, gerakan beredar ke belakang mengangkat
saputangan, berputar langkah dua 1 kali 8, gerakan beredar ke depan mengangkat
sapu tangan, berputar langkah dua 1 kali 8. Untuk wanita ragam dua belas ini
pada bilangan satu dimulai kaki kiri.
Gambar
10.
Penari laki-laki berputar dimulai dengan kaki kanan,
sedang perempuan dengan kaki kiri hingga bertemu kembali saling berhadapan dan
merentangkan masing-masing sapu tangan. Ini bermakna bermulanya suatu ikatan
pasti yaitu akan bersatunya dua anak manusia dalam ikatan pernikahan.[44]
Adapun memegang sapu tangan adalah dengan menjepit.
Gerak jepit sapu tangan pada penari perempuan, jemari melentik, ujung sapu
tangan disepitkan di antara tiga jari telunjuk, tengah dan manis. Ibu jari
turut memegang sapu tangan. Sedangkan pada penari laki-laki, jari ibu dan jari
telunjuk menjepit ujung sapu tangan dan jari tengah serta jari manis mengikut
jari telunjuk.[45]
Gambar
19.
Gerak tangan jepit sapu tangan bermakna lambing
kasih sayang. Pada salah satu gerakan ragam sapu tangan, penari perempuan
merentangkan sapu tangannya untuk memberikan kesempatan pada penari laki-laki
untuk menyilangkan sapu tangannya pula. Sapu tangan bersilang inilah diibaratkan
perhelatan hari bahagia muda-mudi ini sebagai sepasang suami isteri.
Pada gerakan ini pula menggunakan gerak kaki jingkat
sambil berputar. Gerak kaki jingkat bermakna bahwa manusia memerlukan sentuhan
terhadap bumi tempat berpijak.[46] Ketika
berputar berjingkat tetap penari perempuan hanya melirik sedikit saja kepada
pasangan penari laki-laki. Gerak jingkat yang seirama, hanya permulaan kaki
yang membedakan gerak ini. Penari laki-laki memulakan jingkat dengan kaki
kanan, sedang penari perempuan memulainya dengan kaki kiri.
Ragam
sapu tangan memiliki pesan makna tersirat pertemuan kasih mesra. Ini pertanda
bahwa tarian telah berakhir dengan makna perempuan dan laki-laki telah bertemu
sebagai sepasang suami isteri yang sah dalam perhelatan pernikahan yang sesuai
dengan ajaran agama Islam tentunya.[47]
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil
analisis yang telah dipaparkan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa untuk
mengiringi musik tari Serampang Dua Belas yaitu dengan berbagai jenis alat
musik seperti Akordion, biola, gendang bebano, dan tetawak. Alunan melodi alat
musik akordion mampu mengisi setiap gerak tari. Sebagaimana telah disebutkan
bahwa busana yang digunakan oleh penari Serampang Dua Belas yaitu baju Melayu Teluk
Belanga oleh penari laki-laki yang dilengkapi kain samping dan kopiah/peci,
serta capal, dan sapu tangan. Sedangkan pada penari perempuan dengan baju
Kurung Kebaya Labuh dilengkapi properti sanggul, anting, selendang, bunga
hiasan, dan sapu tangan.
Gerak tari Serampang
Dua Belas sesuai dengan namanya memiliki jumlah ragam sebanyak dua belas ragam.
Gerakan ini memiliki detil masing-masing dengan makna tersirat pada setiap
gerakan tari sehingga mampu melengkapi setia unsur-unsur dari keindahan.
B. Saran
Keindahan dari
perpaduan antara kelenturan dan kelincahan tari, musik, dan busana dari Serampang
Dua Belas itu telah memenuhi syarat-syarat keindahan yaitu kesatuan,
keseimbangan, keharmonisan, dan fokus. Perlu dipelajari dan dikembangkan maupun
dilestarikan oleh generasi muda mendatang. Setiap penikmat seni hendaknya mampu
memahami makna yang terkandung dalam gerakan tari Serampang Dua Belas itu.
Dengan demikian kita mendapat pedoman dan arahan untuk mengenal alam kehidupan
ini, sehingganya kita diberi tuntunan dan mencermatinya.
SEMOGA BERMANFAAT.
Ingin mengetahui informasi Daftar Pusaka?? LEAVE COMENT, OK?? ^_^