Tuesday, September 8, 2015

Nilai Estetika Tari Serampang Dua Belas

A.  Estetika
Suatu penelitian yang bersifat ilmiah memerlukan landasan teori yang kuat dan kokoh agar penelitian terhadap nilai yang terkandung dalam tari serampang dua belas masyarakat melayu Kecamatan Siak dapat terarah sesuai dengan tujuan yang telah ditetapkan. Dengan demikan, adanya landasan teori bersifat ilmiah penelitian menjadi dapat dipertanggung jawabkan.
        Tradisi sangat berkaitan langsung dengan estetika dikarenakan di dalam tradisi ditemukannya keindahan atau kesenangan. Estetika berasal dari kata aestethic atau pleasure (inggris). Pengertian kesenangan ini diartikan sebagai rasa nikmat, suka, gembira, dan mesra.[1] Dalam kesenangan estetika bisa didapatkan nilai yang tidak terkira menambah kekayaan kehidupan. Karena pentingnya peranan keindahan dan kesenangan dalam kehidupan, maka permasalahan keindahan dan kesenangan ini sudah ada sejak zaman purba difilsafatkan.
Istilah estetika diperkenalkan oleh  Alexander Gottlieb Baumgarten melalui beberapa uraian yang berkembang menjadi ilmu tentang keindahan. Menurutnya, menggunakan istilah estetika untuk membedakan antara pengetahuan intelektual dan pengetahuan indrawi dengan melihat bahwa estetika baru muncul pada abad 18. Maka dari itu pemahaman mengenai keindahan sendiri harus dibedakan dengan pengertian estetik.[2]
Dalam hal ini J. Addison, memadankan estetika dengan teori cita rasa. Estetika sebagai ilmu pengetahuan berdasarkan pada kegiatan dari pengamatan yang  dilakukan dengan menggunakan panca indera, yaitu (1) mata sebagai indera penglihatan, (2) hidung sebagai indera penciuman, (3) telinga sebagai indera pendengaran, (4) lidah sebagai indera pengecap, dan (5) kulit sebagai indera peraba. Sebagai contoh, dalam mengamati suatu karya seni, kita menggunakan kelima indera tersebut untuk mendapatkan kesan yang ditimbulkan dari karya seni yang diamati, baik itu kesan warna, ruang, tekstur, dan sebagainya. Setelah kita mendapatkan kesan dari karya seni yang kita amati, maka kita dapat merasakan unsur keindahan yang terdapat pada karya seni tersebut. Keindahan bersifat relatif bergantung pada selera atau cita rasa masing-masing individu. Selera atau cita rasa (Inggris: taste) yang dimaksud adalah kecenderungan menyukai sesuatu atau hal-hal yang pernah dialami.
Jika dilihat dari efek estetis tidak sekedar dalam kaitannya dengan keindahan secara langsung. Keberadaan estetis pada ciri-ciri tertentu sangat menonjol dan menjadi sebuah satu kesatuan pada karya seni. Nilai keindahan tersebut tidak serta-merta ada dan tampak pada karya seni. Untuk memunculkan keindahan tersebut memiliki syarat-syarat.

Adapun syarat-syarat keindahan, yakni:
1.      Kesatuan
Kesatuan adalah karya seni harus utuh, yang artinya setiap bagian atau unsur yang ada padanya menunjang usaha perlengkapan isi hati ini berarti bahwa setiap unsur atau bagian karya seni benar-benar diperlukan dan disengaja adanya dalam karya tersebut.

2.      Keharmonisan
Keharmonisan berkaitan dengan hubungan satu unsur atau bagian karya seni dengan unsur atau bagian lain, yang artinya unsur atau bagian itu harus menunjang daya ungkap unsur atau bagian lain yang bukan mengaburkannya.

3.      Keseimbangan
Keseimbangan ialah unsur atau bagian karya seni, baik dalam ukuran maupun bobotnya seimbang dengan fungsinya.

4.      Fokus
Tekanan yang tepat adalah bagian atau unsur yang penting mendapat penekanan yang lebih dari unsur-unsur yang kurang.[3]

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa estetika adalah salah satu cabang filsafat. Secara sederhana, estetika adalah ilmu yang membahas keindahan, yaitu tentang terbentuknya suatu keindahan dan seseorang bisa merasakannya. Antara estetika dan karya seni memiliki hubungan yang kuat seakan tidak bisa dipisahkan oleh suatu jarak. Hal ini disebabkan karena adanya satu kesatuan antara estetika dan karya seni. Satu kesatuan tersebut amatlah bermakna dan menjadi sesuatu  yang mendasar.
Adapun nilai estetika yang terdapat dalam tari serampang dua belas sangat banyak sekali dan memerlukan pengkajian yang mendalam. Tiap-tiap masyarakat senantiasa mempunyai suatu sistem nilai agar tiap tingkah laku anggota masyarakat dan kelompok dapat diukur dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat itu sendiri. Apabila gagasan dan hasil rancangan serupa itu telah diikuti dan diindahkan bersama, maka semua gagasan dan model perbuatan itu akan menjadi semacam pedoman, ketentuan, kaidah dan pola tindakan.[4]
Nilai estetika yang terkandung dalam tari serampang dua belas merupakan suatu bentuk kegembiraan, kebahagiaan dalam perjalanan muda-mudi dalam mencari jodoh.
Dari uraian di atas terlihat jelas bahwa tari serampang dua belas mampu memberikan pemahaman mengenai budaya dan tradisi dalam masyarakat.

B. Estetika Gerak Tari

Estetika diartikan indah. Pada awalnya estetika mencakup seluruh nilai seperti nilai seni, alam, moral, dan intelektual. Perkembangan berikutnya, definisi estetika (keindahan) adalah kesatuan dari hubungan bentuk yang terdapat diantara kesadaran kita.

Estetika bukan bagian dari kualitas atau peristiwa, tapi bagaimana cara kita menangkapnya. keindahan tersebut karena mengacu pada selera. Estetika tari dapat diamati melalui wirama (irama), wiraga (keterampilan gerak), wirasa (rasa), serta unsur-unsur yang mendukungnya seperti musik. [5]
Hal yang perlu dipahami dalam mengamati karya tari adalah adanya faktor subjektif dan objektif. Benda itu sangat estetis (indah) karena adanya sifat yang melekat pada benda indah, dan tidak terkait dengan orang yang mengamati. Selain itu juga dikatakan bahwa munculnya keindahan itu karena adanya tanggapan perasaan dari pengamat. Jadi, keindahan itu ada karena proses hubungan antara benda (karya tari) dan alam pikiran orang yang mengamati.

Pengamatan kemampuan visual akan membuahkan persepsi yang berbeda-beda. Kemampuan kognitif (intelektual) juga berpengaruh terhadap persepsi imajinasi demikian juga psikis. Ketiga hal ini akan menentukkan subjektivitas dan objektivitas pengamat di dalam mencermati karya tari.

Pengamatan tidak hanya mengandalkan kemampuan berimajinasi saja tetapi juga keluasan pengetahuan intelektual dan estetis yang dimilik seseorang dan dalam keadaan yang bagaimana kejiwaan seseorang. Apabila pengamatan karya tari didominasi oleh salah sati aspek saja maka hasil analisis menjadi subjektif. Oleh karena itu pengamatan yang baik memerlukan kesiapan fisik, psikis, dan intelektual yang berjalan bersama-sama. Dengan kata lain mengamati karya tari membutuhkan bekal pengalaman estetis dan pengetahuan intelektual. Pengalaman estetis dapat diperoleh melalui kesinambungan didalam melihat pementasan karya tari dan belajar menari. Sedangkan, pengalaman intelektual akan terasa melalui kegiatan membaca dan diskusi serta hasil pengamatan karya tari yang estetis.

C. Pengertian Serampang Dua Belas
Tari Serampang Dua Belas merupakan tarian tradisional Melayu yang berkembang dibawah Kesultanan Serdang. Penciptaan tari Serampang Dua Belas ini, berdasarkan penelitian lapangan dilakukan oleh Orang Kaya (O. K.) Adram dari Pantai Cermin di akhir decade 1930-an menjelang Indonesia merdeka. Pada saat itu sudah dibuat ragamna sebanyak dua belas, dan telah pula dibuat lambing atau simbolnya oleh O. K. Adram. Kemudian Guru Sauti belajar tarian ini dengan O. K. Adram. [6]
Sebelum bernama Serampang dua belas, tarian ini bernama Tari Pulau Sari, sesuai dengan judul lagu yang mengiringi tarian ini, yaitu lagu Pulau Sari. [7]
Sedikitnya ada dua alasan mengapa nama Tari Pulau Sari diganti Serampang dua belas. Pertama, nama Pulau Sari kurang tepat karena tarian ini bertempo cepat (quick step).
Menurut Tengku Mira Sinar, nama tarian yang diawali kata ‘pulau’ biasanya bertempo rumba, seperti Tari Pulau Kampai dan Tari Pulau Putri. Sedangkan Tari Serampang dua belas memiliki gerakan bertempo cepat seperti Tari Serampang Laut. Berdasarkan hal tersebut, Tari Pulau Sari lebih tepat disebut Tari Serampang dua belas. Nama duabelas sendiri berarti tarian dengan gerakan tercepat di antara lagu yang bernama serampang.[8] Kedua, penamaan Tari Serampang dua belas merujuk pada ragam gerak tarinya yang berjumlah 12, yaitu: pertemuan pertama, cinta meresap, memendam cinta, menggila mabuk kepayang, isyarat tanda cinta, balasan isyarat, menduga, masih belum percaya, jawaban, pinang-meminang, mengantar pengantin, dan pertemuan kasih.[9]
Pada awal perkembangannya, Tari Serampang Dua Belas hanya boleh dibawakan oleh laki-laki. Hal ini dikarenakan kondisi masyarakat pada saat itu melarang perempuan untuk tampil di depan umum, apalagi memperlihatkan lenggak-lenggok tubuhnya. Tetapi dengan perkembangan zaman, di mana perempuan sudah dapat berpartisipasi secara lebih leluasa dalam segala kegiatan, maka Tari Serampang Dua Belas kemudian dimainkan secara berpasangan antara laki-laki dan perempuan di berbagai pesta dan arena pertunjukan.
Hingga saat ini, Tari Serampang Dua Belas sudah berkembang ke beberapa daerah di Indonesia selain Sumatra Utara, seperti Riau, Jambi, Kalimantan, Sulawesi, bahkan sampai ke Maluku. Tari Serampang Dua Belas sering dibawakan di beberapa negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura, Thailand, dan Hongkong. Provinsi Sumatra Utara pada mulanya terdiri dari dua wilayah, yakni Sumatra Timur dan Tapanuli.
Wilayah Sumatra Timur terbentang dari perbatasan Aceh sampai kerajaan Siak mempunyai batas-batas geografis yaitu sebagai berikut: (1) sebelah utara dan barat berbatasan dengan wilayah Aceh; (2) sebelah timur berbatasan dengan Selat
Melaka; (3) sebelah selatan dan tenggara berbatasan dengan daerah Riau; (4) sebelah barat berbatasan dengan daerah Tapanuli. Di antara daerah Aceh di utara serta Riau di selatan dan tenggara inilah terletak kesultanan-kesultanan Meayu Sumatra Timur (Kesultanan Serdang salah satunya). [10]
            Dari uraian letak geografis tersebut dapat dikaitkan mengapa Tari Serampang dua belas turut berkembang di wilayah Siak, Provinsi Riau.

D.  Nilai Estetika Tari Serampang Dua Belas
Berdasarkan pada temuan di lapangan yaitu melalui wawancara dan observasi, peneliti menemukan bahwa gerak Tari Serampang Dua Belas memiliki jumlah 12 (dua belas) ragam. Hal ini sesuai dengan nama tarian itu sendiri yakni Tari Serampang Dua Belas. Sejak bermulanya penciptaan Tari Serampang Dua Belas oleh OK Adam dan Sauti, tari ini tetap sama seperti pada awalnya. Tidak ada perubahan yang terjadi dikarenakan tarian ini telah dibakukan sejak lama.[1]

Serampang dua belas tidak bisa dirobah, sudah baku. Karena kita tidak bisa mengubah hak cipta seseorang, kita hanya bisa mengembangkan dan melestarikan.[2] Tari Serampang Dua Belas diawali dengan ragam tari permulaan dan berakhir dengan ragam yang ke-dua belas, yakni ragam sapu tangan. Dengan perpaduan alunan alat musik akordion, biola, dan gendang bebano yang mengiringnya Tari Serampang Dua Belas
            Estetika atau aesthetic atau pleasure yaitu kesenangan yang diartikan sebagai rasa senang, suka, gembira, bahagia dan mesra pada sebuah karya seni termasuk pada seni tari. Estetika sebuah karya dapat ditangkap dengan menggunakan lima indera yang dimiliki manusia. Melalui tangkapan indera penglihatan, pendengaran, penciuman, pengecap dan indera peraba suatu karya dapat dipandang dan disebut indah. Namun demikian, penyimpulan estetika karya seni itu sendiri bersifat relative. Hal ini dikarenakan adanya perbedaan selera masing-masing individu dan cara berfikir. Ilmu estetika kemudian berkembang menjadi keindahan. Dengan menggunakan kelima indera pada individu, maka akan dirasakan keindahan tersendiri pada suatu karya seni tari.
Estetika bukan bagian dari kualitas sebuah peristiwa, melainkan tangkapan rasa keindahan oleh indra pada manusia. Estetika pada gerak tari dapat didapati dari empat unsur tari yakni, wirama (irama), wiraga (keterampilan gerak), wirasa (rasa), dan musik yang menunjang penampilan tarian.
Salah satu cabang ilmu filsafat yaitu nilai. Diantara pembagia nilai-nilai tersebut adalah nilai estetika atapun estetis. Sebuah karya seni akan disebut indah jika telah memenuhi syarat keindahan itu sendiri. Adapun syarat-syarat yang menentukan keindahan karya seni antara lain:
1.      Terdapat Kesatuan
2.      Terdapat Keharmonisan
3.      Terdapat Keseimbangan
4.      Terdapat Fokus
Tari Serampang Dua Belas Kecamatan Siak memenuhi syarat-syarat keindahan, sehingga gerak tari tersebut terlihat indah ataupun memiliki nilai estetis.
Berdasarkan hasil wawancara dan observasi yang peneliti lakukan, peneliti mendapati bahwa gerak tari Serampang Dua Belas Kecamatan Siak Sri Indrapura sudah tetap jumlahnya. Hal ini sesuai dengan nama tari, jumlah ragam keseluruhannya adalah 12 (dua belas) ragam.
Tarian ini dibuka dengan ragam yang disebut gerak Permulaan dan diakhiri dengan gerak atau ragam kedua belas, yakni ragam tari sapu angan. Melayu sangat lekat dengan kebudayaan dan kaidah-kaidah islam. Dapat dilihat dari gerakan-gerakan tari yang memiliki tata cara, tertib, sopan santun, dan lembut dalam tari Serampang Dua Belas.[3]
Adapun nama-nama ragam pada gerak tari Serampang dua belas yang dari hasil observasi peneliti yaitu sebagai berikut:
1.      Ragam Tari Permulaan
2.      Ragam Berjalan
3.      Ragam Tari Pusing
4.      Ragam Gila Kepayang
5.      Ragam Berjalan Bersifat
6.      Ragam Gencat-gencat
7.      Ragam Sebelah Kaki
8.      Ragam Langkah Melonjak
9.      Ragam Meloncat-loncat
10.  Ragam Datang Mendatangi
11.  Ragam Rupa-rupa
12.  Ragam Sapu Tangan[4]


1.        Nilai Kesatuan Dalam Unsur-Unsur Estetika pada Gerak Tari   Serampang Dua Belas

Kesatuan berarti sebuah karya seni harus berbentuk utuh, dimana setiap bagian ataupun unsur yang ada pada karya seni mampu menunjang usaha perlengkapan isi hati.  Kesatuan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah perihal satu, satuan, terdiri atas beberapa bagian yang sudah bersatu.[5] Nilai kesatuan merupakan salah satu bagian dari keindahan terutama pada tari Serampang Dua Belas. Nilai kesatuan dalam unsur keindahan pada tari Serampang Dua Belas telah terpenuhi. Hal ini terlihat pada gerakan kedua penari yang seirama dan musik serta busana yang mendukung sehingga melengkapi bagian kesatuan pada estetika itu sendiri.

1.1   Musik Tari Serampang Dua Belas (gambar)

Musik merupakan salah satu produk kesenian yang berbentuk irama. Musik adalah salah satu media ungkap kesenian, yang media utamanya bunyi, disusun oleh dimensi waktu dan ruang. Musik mencerminkan kebudayaan masyarakat. Di dalam musik, terkandung nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi bagian dari proses enkulturasi budaya, baik dalam bentuk formal maupun informal. Musik itu sendiri memilikibentuk yang khas, baik dari sudut structural maupun genrenya dalam kebudayaan.[6]

Pembagian musik Melayu secara umum terbagi dua bagian saja, yaitu musik tradisional dan musik modern. Musik tradisi melayu berkembang secara improvisasi, berdasarkan transmisi dalam tradisi lisan.[7]

Tari Serampang dua belas biasanya disajikan dalam bentuk ensambel. Menurut Bapak Syafrijaldi yang merupakan penari dan juga mampu memainkan musik-musik tari, dalam hal ini tari Serampang dua belas khususnya, bahwa alat-alat yang digunakan untuk musik itu biasanya akordion, biola, kemudian ada gong atau tetawak itu, kemudian ada kerincing.[8]

Melodi dalam musik tari Serampang dua belas paling sering menggunakan akordion. Akordion atau dalam Bahasa Inggris piano accordion, adalah alat musik dalam klasifikasi aerofon, yaitu penggetar utamanya adalah udara, dimainkan dengan cara digendong, satu tangan memompa udara, dan tangan lain memainkan melodi dan akord.[9] Akordion merupakan alat musik yang paling utama karena dirasa pas sebagai melodi pengiring tari Serampang dua belas.[10]

Gambar 1. Alat Musik Akordion

            Selain akordion, sering juga melodi dibantu dengan alunan alat musik biola. Alat musik biola berfungsi memberikan warna heterofoni pada iringan musik tari Serampang dua belas, maupun tari-tarian melayu lainnya. Alunannya yang lembut sering memberikan kesan tersendiri bagi penikmat musik. Dapat menjadi sangat menyayat hati dapat pula mengisahkan sebuah kisah yang menggebu-gebu.[11]
            Alat musik biola asalnya adalah dari kebudayaan Barat, yang diadopsi oleh masyarakat melayu sejak abad ke-16, dan kini dipandang menjadi bahagian dari alat musik tradisional Melayu.[12]
Gambar 2. Alat Musik Biola

            Setelah pembawa melodi, dalam iring-iringan tari serampang dua belas terdapat alat musik pembawa ritmik. Gendang ronggeng atau yang lebih dikenal dengan istilah bebano pada masyarakat Kecamatan Siak menjadi cirri dominan ensambel musik etnik Melayu.
Gendang pengiring yang dianggap mewakili estetika seni Melayu terdiri dari dua, satu sebagai gendang induk dan satu lagi sebagai gendang anak atau peningkah. [13] Teknik menghasilkan empat onomatopeik bunyi pada bebano yakni tak (anak), ding (cak), dang (cal), dan tung (gong).
Gambar 3. Alat Musik Gendang Bebano
Selanjutnya pada musik pengiring tari Serampang dua belas terdapat pula pembawa fungtuasi ritmik, yaitu gong atau tawak atau tetawak dan ada juga menggunakan kerincing.[14] Tetawak umumnya memiliki tinggi badan yang lebih besar apabila dibandingkan antara tinggi badan dan diameter badannya.
Gambar 4. Alat Musik Tetawak
Meski demikian, berpatokan pada perkembangan zaman, untuk musik tari Serampang Dua Belas apabila ingin dikolaborasikan dengan alat musik elektronik lain bisa saja, dengan partitur yang sama. Tidak mesti harus terikat harus ada saksofon, boleh saja kalau saksofon bisa dimainkan, dengan nada yang sama sah-sah saja, tidak menyalahi aturan. Namun tetap dengan rentak yang sama, yaitu rentak joget.[15]

4.1.1.2   Busana Tari Serampang Dua Belas

Selain daripada musik, busana juga sangat menentukan kesatuan dari Tari Serampang Dua Belas. Bagian ini mampu menjadi pemikat ataupun daya tarik sehingga terjadinya penyatuan gerak dan rasa yang mencapai kesempurnaan. Menurut adat Melayu, tari Serampang Dua Belas menggunakan busana tradisi Melayu.

Menurut konsep masyarakat Melayu, pada dasarnya baju kurung memiliki makna dikurung oleh syarak (hukum Islam). Dalam kebudayaan Melayu, pakaian menurut syarak yaitu tidak tipis, tidak ketat, dan tidak terbuka. Hal inilah yang menjadi inti dari ajaran adat Melayu dalam berbusana, apakah pakaian sehari-hari, ke pesta, maupun pakaian adat Melayu.[16]

Pada penari wanita biasanya dipilih antara kebaya labuh atau baju kurung. Busana ini diperindah lagi dengan tambahan property lainnya seperti sanggul, hiasan bunga, anting, selendang, dan sapu tangan. Sapu tangan ini diselitkan pada bagian ujung atas kancing baju. Adapun sapu tangan ini akan digunakan pada ragam terakhir tari Serampang Dua Belas.

Berdasarkan informasi yang didapat dari narasumber, Bapak Syafrijaldi atau yang akrab disapa Nda bahwa untuk pemasangan sanggul pada penari wanita menggunakan sanggul aslinya sanggul suluk. Ada dua yang besar dibelakang, kemudian rambut di sasak.
Gambar 5. Busana Penari Perempuan Serampang Dua Belas


Pada penari laki-laki tari Serampang Dua Belas yakni menggunakan busana tradisi Melayu. Busana yang digunakan dari kostum laki-laki menggunakan tanjak, kopiah, bros, baju teluk belanga, kain songket dan sapu tangan.[17] Boleh pakai capal, boleh pakai sepatu. Kalau mau menari depan pejabat boleh pakai sepatu atau capal, boleh juga tidak menggunakan sandal.[18]
Gambar 6. Busana Penari Laki-laki Serampang Dua Belas

Adapun property sapu tangan yang ada pada penari laki-laki tari Serampang Dua Belas diselitkan di kantong bajunya, juga digunakan pada ragam terakhir tari Serampang Dua Belas.
4.1.2        Nilai Keharmonisan Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas

Keharmonisan menurut arti dari Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah keserasian, kecocokan, keselarasan.[19] Keharmonisan yang terdapat pada gerak tari Serampang Dua Belas yakni terlihat pada gerak tangan baik penari perempuan maupun penari laki-laki.

Secara garis besar, keharmonisan pada gerak tari Serampang Dua Belas terlihat pada gerak tangan dan kaki, baik penari laki-laki maupun penari perempuan. Penari yang menari berhadap-hadapan sebagai bentuk pertemuan dua anak manusia yang diharapkan berjodoh. Setiap gerak langkah kaki diawali dengan kaki kanan dan bergerak sama maju mundur berputar dengan rentak yang sama antara keduanya.[20]

Kemudian daripada itu nilai keharmonisan ini terdapat antara manusia dengan alam.[21] Terdapat gerak tangan seperti Jumput, yaitu jari telunjuk dan ibu jari saling merapat sedangkan ketiga jari lainnya saling menjauh sehingga tidak rapat. Adapun pesan komunikasi yang dibangun oleh gerak ini yakni sebagai seorang insan mestilah pandai memilih apa yang sepadan dengan diri kita masing-masing, seperti menjumput benang dalam tepung, menjumput putik bunga, dan lainnya. Gerakan jumput ini digerakkan oleh penari perempuan.

Selain pada gerak penari perempuan, nilai keharmonisan pada tari Serampang Dua Belas juga terdapat pada gerak penari laki-laki. Misalnya saja pada ragam tari pusing, penari laki-laki melakukan gerak Ngebeng. Penari laki-laki memiringkan sedikit salah satu bahu mengitari penari perempuan. Gerakan ini adalah ekspresi memikat hati kekasih pujaan oleh lelaki. Secara alami dalam kebudayaan Melayu, laki-laki yang bersifat progresif mendekati perempuan dalam konteks percintaan dan membentuk rumah tangga, dan melestarikan generasi muda. Sedangkan penari perempuan bergerak tersipu malu sebagai bentuk kesantunan sebagai seorang wanita.[22]

Dengan demikian terdapat kesantunan pada gerak tari Serampang Dua Belas yang berarti menunjukkan adab orang Melayu dalam bergaul lain jenis. Adanya keramahan namun tetap dalam norma kesopanan dan tidak melanggar aturan agama. Hal ini sesuai dengan kebudayaan Melayu yang sangat berkaitan erat dengan atura agama Islam.

4.1.3        Nilai Keseimbangan Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas

Keseimbangan dalam bahasa Inggris berarti balance. Yakni keadaan yang sama rata atau sama banyak pada suatu hal. Sedangkan menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, keseimbangan adalah seimbang, sebanding, atau sama.[23]

Keseimbangan pada tari Serampang Dua Belas juga terdapat pada gerak kaki Menumit, yaitu hanya bagian tumit saja yang mencecah ke lantai, sedangkan ujung jari kaki sampai ke bagian tengah tidak cecah ke lantai. Pada gerakan maksimum manumit, ujung jari kaki membentuk sudut setengah siku-siku terhadap lantai. Menumit bermakna bahwa meski hanya dengan kedua tumit semestinya seseorang boleh berdiri di muka bumi. Artinya pula keseimbangan dalam berdiri, walau hanya dengan menggunakan dua tumit.[24]

Nilai keseimbangan lain yang pada tari Serampang Dua Belas juga terdapat pada ragam goncek. Goncek adalah gerakan kaki menapak, salah satu kaki digerakkan dengan manumit kemudian jinjit dan kembali manumit. Gerak ini bermakna bahwa dalam menggerakkan kaki dengan saling bergantian secara estetika sangatlah diperlukan. Seperti halnya dalam menjalani kehidupan kadangkala susah kadang senang, kadangkala berada di atas kadang di bawah. Ini berarti terdapat keharusan dalam menjaga keseimbangan dalam hidup ini, walau dengan hanya bekal tumpuan yang terbatas.[25]

4.1.4        Nilai Fokus Dalam Unsur-Unsur Estetika Pada Gerak Tari Serampang Dua Belas

Nilai estetis yang keempat yakni nilai fokus. Fokus menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah pusat, memusatkan, terfokus pada satu tujuan.[26] Lebih tepatnya yaitu unsur atau bagian yang sangat penting mendapatkan penekanan yang lebih kepada unsur yang kurang.

Fokus yang terdapat pada tari Serampang dua belas ialah gerakan yang merupakan bernuansa tradisi namun ditarikan dalam bentuk rentak joget. Salah satu hal yang menjadi keindahan tersendiri pada tari Serampang dua belas ialah penyajian tari dengan kelenturan, kelincahan dalam menggerakkan kaki dan tangan dengan seirama, namun tetap pada sifat kelembutan dan sopan santun.

Selain itu perbedaan olah tubuh antara penari laki-laki dan perempuan, dimana laki-laki menari dengan gayanya yang frontal berusaha menatap penari perempuan namun tetap dalam kesopanan. Sedangkan penari perempuan yang malu-malu mencuri-curi pandang tetapi tetap terlihat lembut dan anggun.[27] Dengan kata lain tarian Serampang dua belas bisa dirasakan dan dinikmati setiap ragamnya.
4.2 Makna Gerak Tari Serampang Dua Belas
            Tari Serampang Dua Belas di awali dengan ragam tari permulaan dimana penari laki-laki dan perempuan berputar dari posisi awal hingga akhirnya bertemu dan saling berhadap-hadapan.
Gerak dasar tari Serampang Dua Belas beriringan antara gerak langkah kaki dan ayunan tangan mengikuti alunan musik rentak joget.[28] Adapun pergerakan tari Serampang Dua Belas memiliki empat struktur gerak, yaitu kecak sisi, langkah menyilang, menyilang angkat, dan langkah lonjak.
Sesuai dengan nama tarian, Serampang Dua Belas, tarian ini memiliki dua belas ragam yang teratur mulai dari ragam awal pertemuan, ragam tari berjalan, ragam tari pusing, hingga ragam kedua belas yaitu ragam tari sapu tangan. Setiap alur ini memiliki makna tertentu yang secara simbolik adalah mengekspresikan dua sejoli manusia bercinta, dari mulai saat pertama berkenalan hingga akhirnya bertemu di pelaminan menjadi suami isteri.[29]

1.2.1        Ragam Tari Permulaan
Tari Serampang Dua Belas bermula dengan penari laki-laki dan perempuan telah berada di tengah tempat pementasan. Ketika musik mulai mengalun, dengan iring-iringan akordion, biola, gendang bebano, dan tetawak penari memulai dengan hormat dan memberi salam dengan cara merendahkan sedikit badan serta kepala sedikit menunduk. Setelahnya dimulai dengan ragam pertama yaitu ragam tari Permulaan.
Ragam tari permulaan dilakukan ditempat. Penari berputar di tempat dengan melakukan langkah lonjak 2x8. Gerakan kepala penari laki-laki menoleh sedang perempuan gerakan kepala teleng dan sedikit melirik.
Gambar 7. Ragam Tari Permulaan pada Serampang Dua Belas


Ragam permulaan bermakna pertemuan pertama yang berarti bermulanya perjumpaan dua muda-mudi untuk kemudian saling berkenalan satu sama lainnya. Gerakan melirik penari perempuan menunjukkan bahwa perempuan melayu yang santun dan tidak agresif.[30]

1.2.2        Ragam Tari Berjalan
Setelah ragam permulaan yang bermakna pertemuan pertama dilanjutkan dengan ragam tari berjalan. Gerakan serong kanan langkah biasa dan kemudian mundur, lalu berbalas ke arah serong kiri dengan langkah yang sama.

Gambar 8. Ragam Tari Berjalan pada Serampang Dua Belas
Pada saat langkah maju dilakukan dengan gerakan lenggang biasa, kemudian mundur baik penari perempuan maupun laki-laki dengan gerak tangan kecak sisi. Kecak sisi yaitu penari perempuan dengan tangan kanan memegang kerah baju, tangan kiri di sisi paha kiri. Sedangkan penari laki-laki melakukan gerak tangan kecak pinggang. Ragam tari berjalan ini bermakna cinta meresap. Kedua anak manusia ini mulai saling mengenal dan jatuh hati atau dengan kata lain tertarik satu sama lain.[31]

1.2.3        Ragam Tari Pusing
Ragam ketiga pada gerak tari Serampang Dua Belas adalah apa yang disebut dengan ragam tari pusing. Gerakan maju serong kiri belok kanan langkah 1x8, kemudian maju lewat garis tengah, mundur, setelahnya maju lalu kembali ke tempat.

Gambar 9. Ragam Tari Pusing pada Serampang Dua Belas
Ragam tari pusing bermakna memendam cinta. Kedua anak manusia yang saling jatuh cinta namun tidak langsung mengutarakan perasaan masing-masing, melainkan memendam cinta. Gerakan mundur pada ragam tari berjalan yaitu disebut titi batang. Gerak kaki titi batang bermakna dalam menjalani hidup di dunia ini perlu kehati-hatian, jangan leka terhadap godaan dunia.[32]

1.2.4        Ragam Gila Kepayang
Selanjutnya adalah ragam keempa, yaitu ragam tari gila kepayang. Pada ragam gila kepayang, penari melakukan gerak langkah menyilang sebanyak 4x8. Gerakan ini dilakukan beredar sambil maju. Tangan penari laki-laki yaitu kecak pinggang, sedang penari perempuan tangan kanan menggunakan teknik tersipu malu dan tangan kiri melakukan gerak singsing.
Gerak singsing memiliki maksud bahwa dalam hidup kita harus bekerja keras. Singsingkan lengan baju untuk bekerja selaras dengan bidang masing-masing. Gerak ini menunjukkan bahwa orang Melayu adalah orang yang rajin, tidak bermalas-malasan untuk menghidupi diri sendiri dan keluarga.[33]


Gambar 10. Ragam Gila Kepayang pada Serampang Dua Belas
Sedang makna dari ragam tari gila adalah mabuk kepayang. Mabuk kepayang dalam istilah bahasa Melayu berarti mabuk karena jatuh cinta.[34]

1.2.5        Ragam Berjalan Bersifat
Ragam yang kelima pada tari Serampang Dua Belas adalah ragam berjalan bersifat. Ragam ini dilakukan dengan hitungan 4x8. Pada bagian pertama adalah gerak kaki langkah berjalan, dan tengan gerak melenggang pada saat kedua penari maju. Ragam ini ditutup dengan step S, atau gerakan maju dengan garis edar membentuk huruf S.

Gambar 11. Ragam Tari Berjalan Bersifat pada Serampang Dua Belas
Ragam tari berjalan bersifat memiliki makna berbagai isyarat tanda cinta. Hal ini berarti bahwa masing-masing dari insan manusia ini memberikan isyarat bahwa mereka telah sama-sama memiliki perasaan cinta.[35]

1.2.6        Ragam Gencat-gencat
Pada tari Serampang Dua Belas terdapat ragam yang disebut dengan ragam gencat-gencat atau yang lebih dikenal dengan ragam goncek.[36] Ragam ini dilakukan dengan melonjak-lonjak. Beat tari pada ragam goncek adalah sebanyak empat kali delapan. Gerakan ini dimulai dengan goncek kaki sebelah kanan. Sikap kepala yang tunduk namun pada hitungan kedelapan posisi kepala penari laki-laki tegak dan mengerling pada penari perempuan. Sedangkan posisi kepala penari perempuan tetap tunduk namun mengerlingkan mata ke hadapan penari laki-laki.

Gambar 12. Ragam Tari Goncek pada Serampang Dua Belas
Ragam tari goncek atau gencat-gencat memiliki makna bahwa telah ada balasan isyarat. Isyarat yang dimaksud di sini adalah isyarat cinta dari penari perempuan.[37] Gerakan ini diulang kembali hingga seluruhnya berjumlah dua kali delapan berganti-gantian antara kaki kiri dan kanan.

1.2.7        Ragam Sebelah Kaki
Ragam selanjutnya adalah ragam sebelah kaki. Ragam ini memiliki total hitungan empat kali delapan. Dengan teknik gerakan kaki melonjak, gerak tangan penari laki-laki yaitu kecak pinggang, sedangkan penari perempuan menggunakan teknik gerakan tersipu malu dengan tangan kiri menyinsing. Adapun gerakan mundur pada ragam sebelah kaki menggunakan teknik celatuk dan tangan mendayung.
Gerakan celatuk hampir memiliki makna yang sama dengan gerak goncek, dimana bahwa dalam hidup harus selalu mensyukuri nikmat Allah. Sedang gerak mendayung memiliki pesan tersirat yakni dalam kehidupan mestilah bekerja sesuai dengan bidang masing-masing yang telah diberikan Allah. Selain itu juga bermakna harus pandai dalam menentukan tujuan hidup.[38]

Gambar 13. Ragam Sebelah Kaki pada Serampang Dua Belas
Ragam sebelah kaki ini sendiri memiliki makna menduga. Menduga berarti mengira.[39] Masing-masing anak manusia menduga-duga apakah benar yang berada di hadapannya memiliki perasaan yang sama yaitu rasa cinta ingin memiliki. Tidak hanya itu, penari saling menduga apakah jodoh yang telah ditentukan oleh Yang Maha Kuasa.

1.2.8        Ragam Tari Langkah Tiga
Ragam kedelapan yaitu ragam tari langkah tiga. Gerakan maju langkah meyilang dan pada hitungan keempat kaki diangkat dan maju kemudian mundur dengan gerakan yang sama. Gerakan mundur pada ragam tari langkah tiga dengan gerak kaki meniti batang.

Gambar 14. Ragam Tari Langkah Tiga pada Serampang Dua Belas
Posisi tangan penari laki-laki tetap kecak pinggang, sedang penari perempuan tangan kanan gerakan tersipu malu dan tangan kiri dengan gerak singsing.
Ragam tari langkah memiliki pesan makna belum percaya. Belum percaya di sini bermaksud masing penari masih belum meyakini dengan perasaan masing-masing. Perlu adanya pendekatan lebih untuk saling meyakinkan diri.[40]

1.2.9        Ragam Melonjak
Ragam tari melonjak yakni dengan gerakan maju beredar langkah lonjak lima 1 kali 8 sebanyak empat kali dan ditutup dengan step S, atau gerak maju menuju garis edar membentuk huruf S.

Gambar 15. Ragam Melonjak pada Serampang Dua Belas
Ragam tari melonjak memiliki makna sudah ada jawaban. Sudah adanya harapan akan saling memiliki perasaan masing-masing dari dua anak manusia ini.[41] Tetapi tetap dengan gerakan penari perempuan tersipu malu dan laki-laki kecak pinggang.

1.2.10    Ragam Datang Mendatangi
Ragam tari selanjutnya pada gerak tari Serampang Dua Belas yakni ragam datang mendatangi. Pada bagian pertama gerakan kaki langlah celatuk dan tangan mendayung. Sesekali ada juga penari laki-laki yang melakukan lompat kijang yang memiliki makna semangat untuk meminang sang penari perempuan.

Gambar 16. Ragam Datang Mendatangi pada Serampang Dua Belas
Pada bagian kedua terjadi balasan penari perempuan menjemput penari laki-laki dengan langkah kaki sama yaitu celatuk dan gerak tangan mendayung.[42] Ragam datang mendatangi berarti terjadi pinang-meminang. Penari laki-laki meminang perempuan dan gayung bersambut, penari perempuan menerima pinangan penari laki-laki.

1.2.11    Ragam Rupa-rupa
Selanjutnya gerakan yang kesebelas adalah ragam rupa-rupa. Gerakan tari maju menyilang 1 kali 8, gerakan maju pindah tempat langkah dua 1 kali 8. Kemudian gerakan maju langkah menyilang angkat 1 kali 8, gerakan maju kembali ke tempat langkah biasa 1 kali 8.
Bilangan satu pada nomor empat yang kedua penari mencabut sapu tangan yang terselit di kancing baju pada penari perempuan dan terselit di saku baju pada penari laki-laki.
Ragam rupa-ruupa memiliki pesan makna menghantar pengantin. Ragam ini sudah hampir mencapai puncak pertemuan jodoh antara dua anak manusia yang telah saling jatuh cinta.[43]


Gambar 17. Ragam Rupa-rupa pada Serampang Dua Belas

4.2.12 Ragam Sapu Tangan
Ragam terakhir adalah raga sapu tangan. Gerakan melingkar menyatukan sapu tangan langkah biasa 1 kali 8, gerakan maju ke belakang 1 kali 4 dan ke depan 1 kali 4, gerakan beredar ke belakang mengangkat saputangan, berputar langkah dua 1 kali 8, gerakan beredar ke depan mengangkat sapu tangan, berputar langkah dua 1 kali 8. Untuk wanita ragam dua belas ini pada bilangan satu dimulai kaki kiri.

Gambar 10.
Penari laki-laki berputar dimulai dengan kaki kanan, sedang perempuan dengan kaki kiri hingga bertemu kembali saling berhadapan dan merentangkan masing-masing sapu tangan. Ini bermakna bermulanya suatu ikatan pasti yaitu akan bersatunya dua anak manusia dalam ikatan pernikahan.[44]
Adapun memegang sapu tangan adalah dengan menjepit. Gerak jepit sapu tangan pada penari perempuan, jemari melentik, ujung sapu tangan disepitkan di antara tiga jari telunjuk, tengah dan manis. Ibu jari turut memegang sapu tangan. Sedangkan pada penari laki-laki, jari ibu dan jari telunjuk menjepit ujung sapu tangan dan jari tengah serta jari manis mengikut jari telunjuk.[45]

Gambar 19.
Gerak tangan jepit sapu tangan bermakna lambing kasih sayang. Pada salah satu gerakan ragam sapu tangan, penari perempuan merentangkan sapu tangannya untuk memberikan kesempatan pada penari laki-laki untuk menyilangkan sapu tangannya pula. Sapu tangan bersilang inilah diibaratkan perhelatan hari bahagia muda-mudi ini sebagai sepasang suami isteri.


Pada gerakan ini pula menggunakan gerak kaki jingkat sambil berputar. Gerak kaki jingkat bermakna bahwa manusia memerlukan sentuhan terhadap bumi tempat berpijak.[46] Ketika berputar berjingkat tetap penari perempuan hanya melirik sedikit saja kepada pasangan penari laki-laki. Gerak jingkat yang seirama, hanya permulaan kaki yang membedakan gerak ini. Penari laki-laki memulakan jingkat dengan kaki kanan, sedang penari perempuan memulainya dengan kaki kiri.


Ragam sapu tangan memiliki pesan makna tersirat pertemuan kasih mesra. Ini pertanda bahwa tarian telah berakhir dengan makna perempuan dan laki-laki telah bertemu sebagai sepasang suami isteri yang sah dalam perhelatan pernikahan yang sesuai dengan ajaran agama Islam tentunya.[47]

PENUTUP

A. Kesimpulan
            Dari hasil analisis yang telah dipaparkan pada BAB IV dapat disimpulkan bahwa untuk mengiringi musik tari Serampang Dua Belas yaitu dengan berbagai jenis alat musik seperti Akordion, biola, gendang bebano, dan tetawak. Alunan melodi alat musik akordion mampu mengisi setiap gerak tari. Sebagaimana telah disebutkan bahwa busana yang digunakan oleh penari Serampang Dua Belas yaitu baju Melayu Teluk Belanga oleh penari laki-laki yang dilengkapi kain samping dan kopiah/peci, serta capal, dan sapu tangan. Sedangkan pada penari perempuan dengan baju Kurung Kebaya Labuh dilengkapi properti sanggul, anting, selendang, bunga hiasan, dan sapu tangan.
            Gerak tari Serampang Dua Belas sesuai dengan namanya memiliki jumlah ragam sebanyak dua belas ragam. Gerakan ini memiliki detil masing-masing dengan makna tersirat pada setiap gerakan tari sehingga mampu melengkapi setia unsur-unsur dari keindahan.

B. Saran
            Keindahan dari perpaduan antara kelenturan dan kelincahan tari, musik, dan busana dari Serampang Dua Belas itu telah memenuhi syarat-syarat keindahan yaitu kesatuan, keseimbangan, keharmonisan, dan fokus. Perlu dipelajari dan dikembangkan maupun dilestarikan oleh generasi muda mendatang. Setiap penikmat seni hendaknya mampu memahami makna yang terkandung dalam gerakan tari Serampang Dua Belas itu. Dengan demikian kita mendapat pedoman dan arahan untuk mengenal alam kehidupan ini, sehingganya kita diberi tuntunan dan mencermatinya.

SEMOGA BERMANFAAT.
Ingin mengetahui informasi Daftar Pusaka?? LEAVE COMENT, OK?? ^_^









Template by:

Free Blog Templates