Tuesday, June 18, 2013

TARI MAK INANG PULAU KAMPAI

TARI MAK INANG PULAU KAMPAI






Tari Mak Inang Pulau Kampai merupakan salah satu tari tradisional melayu. Jumlah penari dalam tarian ini paling sedikitnya dua orang, yakni laki-laki dan perempuan. Tari Mak Inang Pulau Kampai menceritakan pertemuan antara bujang dan dara, perjalinan kasih mereka, hingga akhirnya pasangan itu melangsungkan pernikahan.

     1.Asal-usul

Tari Mak Inang Pulau Kampai merupakan tarian dasar dalam tradisi melayu. Seiring dengan perkembangan zaman, tarian ini telah mengalami perubahan, naun beberapa gerakan dasar tarian masih dipertahankan. Hal ni demi menjaga maksud dan pesan yang ingin disampaikan. Tari Mak Inang Pulau Kampai menggunakan tempo sedang, yaitu 2/4. Tempo ini disebut tempo rumba atau mambo  yang di kalangan orang-orang Melayu disebut tempo Mak Inang. Tari Mak Inang Pulau Kampai terdiri dari empat ragam dimana setiap ragam terdiri dari 8x8. Tiap-tiap ragam dibagi menjadi dua bagian, yang masing-masing bagian 4x8. Bagian kedua dari ragam-ragam tersebut merupakan pengulangan bagian pertama.

Masyarakat Melayu biasanya mementaskan tarian ini di dalam berbagai upacara dan acara-acara yang melibatkan banyak orang. Bagi masyarakat Melayu menyelenggarakan kenduri besar atau pesta panen setelah menuai padi menjadi suatu budaya yang berkesinambungan. Acara ini menjadi ajang berkumpul semua orang kampong, termasuk juga lajang dan dara yang sedang dalam proses mencari pasangan hidup (Tengku Mira Sinar, ed. 2009: 15). Proses pencarian jodoh dalam bingkai kearifan Melayu tersebut kemudian menjadi inspirasi dalam gerakan-gerakan Tari Mak Inang Pulau Kampai.
      
      2.Penari

Penari dalam Tari Mak Inang Pulau Kampai adalah sepasang anak muda laki-laki dan perempuan. Pemilihan penari tersebut menyesuaikan dengan tema yang diusung oleh tarian ini, yakni perjalinan kasih di antara dua anak muda.

      3.Ragam Gerakan

Tari Mak Inang Pulau Kampai bercerita tentang dara dan lajang yang sedang dalam proses mencari pasangan suami istri. Para penari memperagakan gerakan-gerakan yang memperlihatkan bagaimana pasangan muda-mudi tersebut berkenalan dan melakukan pendekatan satu sama lain dan hubungan mereka hingga ke jenjang pernikahan. Ada empat ragam gerakan dalam Tari Mak Inang Pulau Kampai. Pada ragam-ragam tersebut ada beberapa gerakan yang sama dengan gerakan sebelumnya, ada pula gerakan yang berbeda. Ragam-ragam gerakn Tari Mak Inang Pulau Kampai saling melengkapi dan berkolaborasi antara satu ragam dengan ragam yang lain. Ragam-ragam tersebut antara lain :  
      
      a.Ragam 1

Ragam ini menggambarkan pertemuan antara laki-laki dan perempuan muda yang belum saling kenal. Keduanya memetik bunga yang ada di sekitar tempat tersebut untuk mencari perhatian dan mengisi waktu masing-masing. Ragam gerakan pada bagian ini dibagi menjadi dua, yaitu ragam 1A dan ragam 1B.

Ragam 1A

·        Gerakan penari di tempat, kaki berjalan, tangan melenggang, 1x8
·     
           Pada hitungan 1-4 maju penari melenggang serong kanan menuju garis tengah (garis bayangan) dan pada hitungan 4 kaki kiri tepat menginjak garis tengah. Bersamaan dengan itu posisi tangan kiri berada di depan dada, telapak tangan menghadap ke depan, ujung jari sejajar dengan sisi bahu sebelah kiri dan dilentikkan. Pada hitungna 5-8, mundur kembali ke semula dengan posisi tangan tidak berubah.
·        
         Maju beredar dalam hitungan 1x8 menuju ke sisi kanan pasangan dan saat melewati garis tengah membelok ke kanan. Tangan bergerak seolah memetik bunga. Caranya, pada hitungan 1 dan hitungan ganjil berikutnya, tangan kanan dinaikkan serong kanan atas dengan jari melentik, ujung jari menghadap ke atas, telapak tangan menghadap serong kanan depan dan tangan kiri diantarkan serong kiri bawah. Apabila ditarik garis bayangan dari ujung jari kanan ke ujung jari kiri merupakan garis lurus yang menyilang badan. Pada hitungan 2 dan hitungan genap berikutnya, tangan menyilang di depan badan setinggi pinggang dengan posisi pergelangan tangan kiri dan telapak kanan dikepalkan.
·          
          Maju beredar dalam hitungan 1x8 kembali ke tempat dengan edaran membentuk mata pancing atau huruf “s” terbalik. Tangan bergerak seolah memetik bunga dengan cara pada hitungan 1 dan hitungan ganjl berikutnya tangan kiri dinaikkan serong kiri atas dengan jari melentik, ujung jari menghadap ke atas, telapak tangan menghadap serong kiri depan, tangan kanan menghadap serong kiri depan dan tangan kanan diantarkan serong kanan bawah dengan jari melentik, telapak tangan menghadap serong kanan bawah. Pada hitungan 2 dan hitungan genap berkutnya, tangan menyilang di depan badan setinggi pinggang dengan posisi pergelangan tangan kiri di atas pergelangan tangan anan dan telapak tangan dikepalkan. Gerakan ini kebalikan dari nomor 3.
 
Ragam 1B

·         Gerakan di tempat, kaki berjalan, tangan melenggang, 1x8.
·     
         Pada hitungan 1-4 maju penari melenggang serong kiri menuju garis tengah (garis bayangan) dan pada hitungan 4 kaki kiri tepat menginjak garis tengah. Bersamaan dengan itu posisi tangan kiri berada di depan dada, telapak tangan menghadap ke depan, ujung jari sejajar dengan sisi bahu sebelah kiri dan dilentikkan. Pada hitungna 5-8, mundur kembali ke semula dengan posisi tangan tetap.
·         Gerakan ini sama dengan gerakan ragam 1A nomor 3.
·         Gerakan ini sama dengan gerakan ragam 1A nomor 4.

       b.Ragam 2

Gerakan pada ragam yang kedua menceritakan bahwa sepasang muda-mudi itu sudah mengenal satu sama lain, meskipun belum akrab. Keduanya mencari kepastian perasaan masing-masing sambil ajuk-mengajuk hati, menyelami sukma.

Ragam 2A
·          
       Gerakan di tempat, kaki berjalan, tangan melenggang. Pada hitungan 1 sampa 4 penari melenggang di tempat sambil turun/jongkok dengan arah serong kanan dan pada hitungan 5 sampai 8 perlahan-lahan kembali berdiri.
·      Sama dengan gerakan nomor 2 pada gerakan ragam 1A.
·      
       Pada hitungan 1 sampai 4 penari beredar menuju ke sisi kanan pasangan melewati garis tengah, tangan kiri lentik terkembang bergerak dari arah kiri atas menuju tengah badan. Sedangkan tangan kana melentik terkembang dengan ujung jari menghadap ke atas bergerak dari arah kanan bawah menuju ke garis tengah badan dan bertemu dengan tangan kiri sehingga membentuk silangan tangan depan badan dengan posisi tangan kanan berada di dalam.

    Pada hitungan 5 sampai 8, penari membalikkan badan dan mundur. Tangan kiri langsung ke sisi kiri badan, tangan kiri penari laki-laki berkacak pinggang, sedangkan tangan kiri penari perempuan berada di pangkal paha. Adapun tangan kanan diputar berpatah Sembilan di depan dada, telapak tangan menghadap ke depan, ujung jari sejajar dengan sisi bahu sebelah kiri dan dilentikkan.
·         Penari maju beredar 1x8 kembali ke tempat dengan edaran membentuk mata pancing atau huruf “s” terbalik. 
          Pada hitungan 1 sampai 4, tangan lentik terkembang ke kiri dank ke kanan dengan ujung jari menghadap ke depan.
    Pada hitungan 4 sampai 8 tangan kanan berada di sisi kanan badan, tangan kiri penari laki-laki berkacak pinggang, sedangkan tangan kanan penari perempuan berada di pangkal paha atau menyingsingkan kan. Adapun tangan kiri berada di depan badan sebelah kanan setinggi pinggang dengan jari melentik, telapak tangan menghadap ke kanan, ujung jari serong ke atas kurang lebih 45 derajat.

Ragam 2B
·         Gerakan di tempat, kaki berjalan, tangan melenggang. Pada hitungan 1-4 penari melenggang di tempat sambil berjongkok menyerong ke kiri dan pada hitungan 5-8 penari berdiri dengan perlahan-lahan.
·         Gerakan sama dengan ragam 2A nomor 2.
·         Gerakan sama dengan gerakan ragam 2A nomor 3.
·         Gerakan sama dengan gerakan ragam 2A nomor 4.

       c.Ragam 3

Ragam gerakan ketiga menggambarkan penzahiran sikap serta sifat dari keduanya yang diungkapkan dengan gerakan memetik beberapa kuntum bunga. Si jejaka mengikuti memetik beberapa kuntum bunga kemudian merangkainya dengan gerakan pencak (bunga) silat. Maksud dari gerakan ini adalah untuk memperlihatkan bahwa ia dapat melindungi sang dara, menjadi pengayom, dan dapat menjadi patriot bangsa. Karangan bunga tersebut kemudian diserahkan kepada si dara. Si dara menerima karangan bunga tersebut dengan penuh kepercayaan sebagai cerminan kasih yang berbalas. Gerakan-gerakan pada raga mini, yaitu:
·     
          Penari perempuan: bergerak turun atau jongkok secara perlahan 1x8 dan perlahan naik 1x8. Tangan bergerak lemah gemulai menggambarkan sedang merangkai bunga. Pada hitungan 1, tangan kanan bergerak ke samping kanan. Pada hitungan 2, tangan kanan ke tengah/dalam. Pada hitungan 3, tangan ke depan. Pada hitungan 4, tangan kembali ke tengah/dalam. Pada hitungan 5, tangan kiri ke samping kiri. Pada hitungan 6 tangan kiri ke tengah/dalam. Hitungan 7 tangan kiri ke depan, dan hitungan 8 tangan kiri kembali ke tengah/dalam.
·       
            Penari laki-laki: gerakan di tempat hitungan 1x8 dengan gerakan puncak (bunga) silat yang mengambarkan memetik satu atau dua tangkai bunga, kemudian diangkat dan dirangkai.
·        
           Pada hitungan 1x8 berikutnya, penari maju menuju pasangan dan meyerahkan karangan bunga yang telah dirangkai, yaitu pada hitungan 1 sampai 4 maju dan hitungan 5 sampai 8 mundur kembali ke tempat semula.
·               Pada hitungan 1 sampai 4 penari beredar menuju garis tengah, hitungan 5 dan 6 mundur melingkar dengan sisi kanan badan sebagai poros, hitungan 7 dan 8 kembali maju melingkar dengan sisi kanan sebagai poros. Tangan kiri berada di sisi kiri badan; tangan iri penari laki-laki berkacak pinggang, sedangkan tangan kiri penari perempuan berada di pangkal paha atau menyingsingkan kain. Adapun tangan kanan berada di kiri depan badan setinggi pinggang, jari melentik, telapak tangan menghadap ke kiri, ujung jari serong ke atas sekitar 45 derajat.
·         Sama dengan gerakan ragam 2A nomor 4.

      d.Ragam 4

Gerakan-gerakan pada ragam 4 menggambarkan tumbuhnya saling pengertian di antara keduanya, kemudian mereka bersepakat untuk memohon restu kepada kedua orangtua mereka untuk menjalin hubungan pernikahan.

Ragam 4A
·          
             Melenggang di tempat dalam hitungan 1x8.
·         Pada hitungan 1-4, penari melenggang maju serong kanan menuju garis tengah dan pada hitungan 4 kaki kiri tepat menginjak garis tengah. Pada hitungan 5-8 penari mundur kembali ke tempat semula dengan tetap melenggang.
·     Pada hitungan 1-4, penari maju melenggang manuju garis tengah, kemudian pada hitungan 5 berbelok ke kanan dan maju, hitungan 8 badan berbalik dari kiri denan kaki kiri menyilang di belakang kaki kanan sembari membuka tangan lentik terkembang berpatah Sembilan.
·         Sama dengan gerakan ragam 2A nomor 4.

Ragam 4B
·          
             Penari melenggang di tempat pada hitungan 1x8.
·      Pada hitungan 1-4, penari melenggang maju serong kiri menuju garis tengah dan pada hitungan 4 kaki kiri tepat menginjak garis tengah, hitungan 5-8 mundur kembali e tempat semula dengan tangan tetap melenggang.
·         Sama dengan gerakan ragam 4A nomor 3.
·         Sama dengan gerakan ragam 4A nomor 4.




“Garis Edar Tari Mak Inang Pulau Kampai”
       4.Musik Pengiring

Beberapa lagu dan music Melayu menjadi pengiring Tari Mak Inang Pulau Kampai, beberapa lagu yang dapat mengiringi tarian ini, yaitu Lagu Mak Inang Pulang Kampung, Seringgit Dua Kupang, Mak Inang Hang Tuah, dan beberapa lagu lain yang mempunyai tempo sama dengan lagu-lagu tersebut.

       5.Nilai-nilai

Selain menjadi salah satu kekayaan budaya masyarakat Melayu, Tari Mak Inang Pulau Kampai juga mempunyai nilai-nilai yang dapat diambil manfaatnya antara lain:
  • Nilai Keindahan : Keindahan yang muncul dalam Tari Mak Inang Pulau Kampai berasal dari kombinasi ragam gerakan, alunan music, dan kemahiran dalam menarikan tarian ini. Tari Mak Inang Pulau Kampai membutuhkan gerakan yang lincah dan lembut dari para penari. Iringan music yang digunakan dalam Tari Mak Inang Pulau Kampai adalah lagu-lagu Melayu yang terkenal indah dan merdu.
  • Nilai Kearifan Lokal : Tari Mak Inang Pulau Kampai bercerita tentang proses bujang dan dara untuk menemukan pasangan hidup hingga ke pernikahan. Melalui tarian ini terlihat bahwa masyarakat Melayu mempunyai kearifan tersendiri mengena masalah mencari pasangan atau calon suami/istri.
  • Nilai Pelestarian Budaya : Tari Mak Inang Pulau Kampai merupakan salah satu kekayaan budaya Melayu yang memperkaya khazanah budaya Indonesia. Pelestarian tarian ini menjad penting artinya sebagai salah satu upaya untuk melestarikan tradisi dan kebudayaan Melayu secara umum. Beberapa cara yang dapat dilakukan dalam rangka pelestarian Tari Mak Inang Pulau Kampai adalah dengan member ruang pementasan bagi para penari tarian tradisional Melayu. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan mengajarkan tarian ini kepada generasi muda

      6.Penutup

         Tari Mak Inang Pulau Kampai menjadi salah satu kekayaan budaya Nusantara. Pelestarian tari ini akan berlangsung seiring perkembangan tarian itu sendiri dan bagaimana masyarakat melestarikan seni tari ini. Pelestarian budaya, termasuk Tari Mak Inang Pulau Kampai, tentunya memerlukan partisipasi dar berbagai pihak.




"Diketik ulang dari melayuonline.com"
*semoga bermanfaat dan jangan lupa tinggalkan komentar yaa ^_^

Monday, June 3, 2013

PUTERI KACA MAYANG (SIAK SRI INDRAPURA)



*FOLKLOR MELAYU RIAU*



Alkisah, pada zaman dahulu kala, di tepi Sungai Siak bedirilah sebuah kerajaan yang bernama Gasib. Kerajaan ini sangat terkenal, karena mempunyai seorang panglima yang gagah perkasa dan disegani, Panglima Gimpam namanya. Selama ia menjadi panglima Kerajaan Gasib, tiada satu pun kerajaan lain yang dapat menaklukkannya.

Selain itu, Kerajaan Gasib juga mempunyai seorang putri yang kecantikannya sudah mahsyur sampai ke berbagai negeri, Putri Kaca Mayang namanya. Meskipun demikian, tak seorang raja pun yang berani meminangnya. Mereka merasa segan meminang sang Putri, karena Raja Gasi terkenal mempunyai Panglima Gimpam yang gagah berani itu.

Pada suatu hari, Raja Aceh memberanikan dirinya meminang Putri Kaca Mayang. Ia pun mengutus dua panglimanya untuk menyampaikan maksud pinangannya kepada Raja Gasib. Sesampainya di hadapan Raja Gasib, kedua panglima itu kemudian menyampaikan maksud kedatangan mereka. “Ampun, Baginda! Kami adalah utusan Raja Aceh. Maksud kedatangan kami adalah untuk menyampaikan pinangan raja kami,” lapor seorang utusan. “Benar, Baginda! Raja kami bermaksud meminang Putri Baginda yang bernama Putri Kaca Mayang,” tambah utusan yang satunya.

“Maaf, Utusan! Putriku belum bersedia untuk menikah. Sampaikan permohonan maaf kami kepada raja kalian,” jawab Raja Gasib dengan penuh wibawa. Mendengar jawaban itu, kedua utusan tersebut bergegas kembali ke Aceh dengan perasaan kesal dan kecewa.

Di hadapan Raja Aceh, kedua utusan itu melaporka tentang penolakan Raja Gasib. Raja Aceh sangat kecewa dan merasa terhina mendengar laporan itu. Ia sangat marah dan berniat menyerang Kerajaan Gasib.
Sementara itu, Raja Gasib telah mempersiapkan pasukan perang kerajaan untuk menghadapi serangan yang mungkin terjadi, karena ia sangat mengenal sifat Raja Aceh yang angkuh itu. Panglima Gimpam meminpin penjagaan di Kuala Gasib, yaitu daerah di sekitar Sungai Siak.

Rupanya segala persiapan Kerajaan Gasib diketahui oleh Kerajaan Aceh. Melalui seorang mata-matanya, Raja Aceh mengetahui Panglima Gimpam yang gagah perkasa itu berada di Kuala Gasib. Oleh sebab itu, Raja Aceh dan pasukannya mencari jalan lain untuk masuk ke negeri Gasib. Maka dibujuknya seorang penduduk Gasib menjadi penunjuk jalan.

“Hai, orang muda! Apakah kamu penduduk negeri ini?” tanya pengawal Raja Aceh kepada seorang penduduk Gasib. “Benar, Tuan!” jawab pemuda itu singkat. “Jika begitu, tunjukkan kepada kami jalan darat menuju negeri Gasib!” desak pengawal itu. Karena mengetahui pasukan yang dilengkapi dengan senjata itu akan menyerang negeri Gasib, pemuda itu menolak untuk menunjukkan mereka jalan menuju ke Gasib. Ia tidak ingin menghianati negerinya. “Maaf, Tuan! Sebenarnya saya tidak tahu seluk-beluk negeri ini,” jawab pemuda itu. Merasa dibohongi, pengawal Raja Aceh tiba-tiba menghajar pemuda itu hingga babak belur. Karena tidak tahan dengan siksa yang diterimanya, pemuda itu terpaksa member petunjuk jalan darat menuju kea rah Gasib.

Berkat petunjuk pemuda itu, maka sampailah prajurit Aceh di negeri Gasib tanpa sepengetahuan Panglima Gimpam dan anak buahnya. Pada saat Raja Aceh memasuki negeri Gasib, mereka mulai mengetahui jika musuhnya telah memporak-porandakan kampong dan penduduknya. Ketika prajurit Aceh menyerbu halaman istana, barulah Raja Gasib sadar, namun perintah untuk melawan sudah terlambat. Semua pengawal yang tidak sempat mengadakan perlawanan telah tewas di ujung rencong (senjata khas Aceh)  prajurit Aceh. Dalam sekejap, istana behasil dikuasai oeh prajurit Aceh Raja Gasib tidak dapat berbuat apa-apa. Ia hanya bias menyaksikan para pengawalnya tewas satu-persatu dibantai oleh pajurit Aceh. Putri Kaca Mayang yang cantik jelita itu pun berhasil mereka bawa lari.

Panglima Gimpam yang mendapat laporan bahwa istana telah dikuasai prajurit Aceh, ia bersama pasukannya segera kembali ke istana. Ia melihat mayat-mayat bergelimpangan bersimbah darah. Panglima Gimpam sangat marah dan bersumpah untuk membalas kekalahan Kerajaan Gasib dan berjanji akan membawa kembali Putri Kaca Mayang ke istana.

Pada saat itu pula Panglima Gimpam berangkat ke Aceh untuk menunaikan sumpahnya. Dengan kesaktiannya, tak berapa lama sampailah Panglima Gimpam di Aceh. Prajuri Aceh telah mempersiapkan diri untuk menyambut kedatangannya. Mereka telah menyiapkan dua ekor gajah besar untuk menghadang Panglima Gimpam di gerbang istana. Ketika Panglima Gimpam tiba di gerbang istana, ia melompat ke punggung gajah besar itu. Dengan kesaktian dan keberaniannya, dibawanya kedua gajah yang telah dijinakkan itu ke istana untuk diserakan kepada Raja Aceh.

Raja Aceh sangat terkejut dan takjub melihat keberanian dan kesaktian Panglima Gimpam menjinakkan gajah yang telah dipersiapkan untuk membunuhnya. Akhirnya Raja Aceh mengakui kesaktian Panglima Gimpam dan diserahkannya Putri Kaca Mayang untuk dibawa kembali ke istana Gasib.

Setelah itu, Panglima Gimpam segera membawa Putri Kaca Mayang yang sedang sakit itu ke Gasib. Dalam perjalanan pulang, penyakit sang Putri semakin parah. Angin yang begitu kencang membuat sang Putri susah untuk bernapas. 

Sesampainya di Sungai Kuantan, Putri Kaca Mayang meminta kepada Panglima Gimpam untuk berhenti sejenak. “Panglima! Aku sudah tidak kuat lagi menahan sakit ini. Tolong sampaikan salam dan permohonan maafku kepada keluargaku di istana Gasib,” ucap sang Putri dengan suara serak. Belum sempat Panglima Gimpam berkata apa-apa, sang Putri pun menghembuskan nafas terakhirnya. Panglima Gimpam merasa bersalah sekali, karena ia tidak berhasil membawa sang Putri kembali ke istana dalam keadaan hidup. Dengan diliputi rasa duka yang mendalam, Panglima Gimpam melanjutkan perjalanannya dengan membawa jenazah Putri Kaca Mayang ke hadapan Raja Gasib.

Sesampainya di istana Gasib, kedatangan Panglima Gimpam yang membawa jenazah sang Putri itu disambut oleh keluarga istana dengan perasaan sedih. Seluruh istana dan penduduk negeri Gasib berkabung. Tanpa menunggu lama-lama jenazah Putri Kaca Mayang segera dimakamkan di Gasib. Sejak kehilangan putrinya, Raja Gasib sangat sedih dan kesepian. Semakin hari kesedihan Raja Gasib semakin dalam. Untuk mengilangkan bayangan putrid yang amat dicintainya itu, Raja Gasib memutuskan meninggalkan istana dan menyepi ke Gunung Ledang, Malaka.

Untuk sementara waktu, pemerintahan kerajaan Gasib dipimpin oleh Panglima Gimpam. Namun, tak berapa lama, Panglima Gimpam pun berniat untuk meninggalkan kerajaan itu. Sifatnya yang setia, membuat Panglima Gimpam tidak ingin menikmati kesenangan di atas kesedihan dan penderitaan orang lain. Ia pun tidak mau mengambil milik orang lain walaupun kesempatan itu ada di depannya.

Akhirnya, atas kehendaknya sendiri, Panglima Gimpam berangkat meninggalkan Gasib dan membuka sebuah perkampungan baru, yang dinamakan Pekan Baharu. Hingga kini, nama itu dipakai untuk menyebutkan nama ibukota Provinsi Riau yaitu Kota Pekanbaru. Sementara, makam Panglima Gimpam masih dapat kita saksikan di Hulu Sail, sekitar 20 km dari kota Pekanbaru. 

ditulis ulang dari : ceritarakyatnusantara.com/id/folklore/32-Puteri-Kaca-Mayang-Asal-Mula-Kota-Pekanbaru

****semoga bermanfaat untuk tambahan pengetahuan ataupun untuk tugas :)
tinggalkan komentar yaa :D

Template by:

Free Blog Templates