Friday, July 18, 2014

Contoh Analisis Feminisme dalam Film "Ombak Rindu"



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Sebuah karya sastra lahir dari latar belakang dan dorongan dasar manusia untuk mengungkapkan eksistensi dirinya. Karya sastra dipersepsikan sebagai ungkapan realitas kehidupan dan konteks penyajiannya disusun secara terstruktur, menarik, serta menggunakan media bahasa berupa teks yang disusun melalui refleksi pengalaman dan pengetahuan secara potensial memiliki berbagai macam bentuk representasi kehidupan. Selain dalam bentuk tulisan, karya sastra tertulis sering juga disajikan dalam bentuk audio visual, yakni dalam format film. 
Ditinjau dari segi penikmatnya, karya sastra merupakan bayang-bayang realitas yang dapat menghadirkan gambaran dan refleksi berbagai permasalahan dalam kehidupan. Berdasarkan fenomena yang terjadi, terdapat keistimewaan dalam sebuah karya sastra, yakni terdapat berbagai sifat yang dapat dikaji dengan sebuah teori. Salah satunya yaitu teori feminisme.  
Feminisme itu sendiri merupakan adanya dorongan ingin menyetarakan hak antara pria dan perempuan yang selama ini seolah-olah perempuan tidak dihargai dalam pengambilan kesempatan dan keputusan dalam hidup. Perempuan merasa terkekang karena superioritas laki-laki dan perempuan hanya dianggap sebagai “bumbu penyedap” dalam hidup laki-laki. Adanya pemikiran tersebut tampaknya sudah membudaya sehingga perempuan harus berjuang keras untuk menunjukkan eksistensi dirinya di mata dunia.
Adapun salah satu karya sastra dengan format audio visual yang dapat dikaji dengan teori feminisme yaitu film "Ombak Rindu" sutradara Osman Ali. Ombak Rindu merupakan sebuah film genre drama dan cinta dibawah arahan Osman Ali dan mula ditayangkan pada 2011 di Malaysia. Melalui peran tokoh utama perempuan, Izzah, penikmat sastra dapat meninjau sejauh apa feminism berlaku dalam kehidupan perempuan.
 
    1.2 Pembatasan Masalah
Banyaknya teori yang dapat mengkaji film “Ombak Rindu” sutradara Osman Ali, maka penulis hanya akan mengkaji karya sastra ini dengan teori feminisme saja.
    1.3 Rumusan Masalah
Yang menjadi perumusan masalah dalam makalah ini yakni bagaimana konsep
teori feminism yang terdapat dalam film “Ombak Rindu” sutradara Osman Ali.

    1.4  Tujuan
Untuk mengetahui konsep teori feminism yang terdapat dalam film “Ombak Rindu” sutradara Osman Ali.


BAB II
FEMINISME

      2.1 Feminisme
         Perbincangan tentang feminisme pada umumnya merupakan perbincangan tentang bagaimana pola relasi laki-laki dan perempuan dalam masyarakat, serta bagaimana hak, status, dan kedudukan perempuan di sector domestik dan publik. [1] 
            Feminisme (tokohnya disebut Feminis) adalah sebuah gerakan perempuan yang menuntut emansipasi atau kesamaan dan keadilan hak dengan pria. Feminisme berasal dari bahasa Latin, femina atau perempuan. Istilah ini mulai digunakan pada tahun 1890-an, mengacu pada teori kesetaraan laki-laki dan perempuan serta pergerakan untuk memperoleh hak-hak perempuan.[2] 
        Feminis berasal dari kata ”Femme” (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak) sebagai kelas sosial. Tujuan feminis menurut Ratna (2004:184) adalah keseimbangan interelasi gender.[3] Feminis merupakan gerakan yang dilakukan oleh kaum wanita untuk menolak segala sesuatu yang dimarginalisasikan, disubordinasikan, dan direndahkan oleh kebudayaan yang dominan, baik dalam tataran politik, ekonomi, maupun kehidupan sosial lainnya. 
           Pada dasarnya gerakan feminisme ini muncul karena adanya dorongan ingin menyetarakan hak antara pria dan perempuan yang selama ini seolah-olah perempuan tidak dihargai dalam pengambilan kesempatan dan keputusan dalam hidup. Perempuan merasa terkekang karena superioritas laki-laki dan perempuan hanya dianggap sebagai ”bumbu penyedap” dalam hidup laki-laki. Adanya pemikiran tersebut tampaknya sudah membudaya sehingga perempuan harus berjuang keras untuk menunjukkan eksistensi dirinya di mata dunia.

BAB III
PEMBAHASAN

3.1  Sinopsis Film “Ombak Rindu” sutradara Osman Ali
Film yang diadaptasikan dari novel Ombak Rindu ini mengisahkan tentang perjalanan cinta dua insan, Izzah (Maya Karin) dan Hariz (Aaron Aziz) dari dua dunia yang berbeda. Mereka terpaksa menempuh berbagai rintangan sebelum menemui kebahagiaan. Izzah adalah gadis kampung yang telah dijual oleh saudara ayahnya kepada sebuah tempat hiburan malam di Kuala Lumpur untuk dijadikan pelacur. Seorang pemuda, Hariz anak Datuk Sufiah (Azizah Mahzan), pemilik perusahaan perdagangan Safiah Catering telah membeli Izzah dari pemilik tempat hiburan malam tersebut untuk dijadikan perempuan simpanan. Namun Izzah telah merayu Hariz supaya menikahinya untuk menghalalkan hubungan mereka.
Hariz setuju dengan syarat Izzah tidak menuntut banyak hal mengenai hak sebagai isteri. Namun setelah itu, Hariz yang kasar dan temperamen telah jatuh cinta dengan Izzah yang penuh dengan kelembutan. Hariz kemudian terpaksa menikahi Mila (Lisa Surihani), teman masa kecilnya setelah didesak oleh Datuk Sufiah dan Mila yang sangat mencintainya. Selama Hariz koma di rumah sakit akibat kecelakaan jalan raya, Datuk Sufiah telah mengusir Izzah keluar dari bungalow Hariz dan merampas kunci mobil dan telefon genggam Izzah.
Setelah keluar dari rumah sakit, Datuk Sufiah memberitahu Hariz bahwa Izzah telah menjalani hubungan dengan lelaki lain. Hariz yang marah telah memberitahu Izzah bahwa dia akan menggantungkan pernikahan mereka ketika bertemu Izzah di rumah Pak Dollah, kerabat keluarga Datuk Sufiah. Izzah kemudian kembali ke kampungnya. Pak Dollah yang marah dengan Datuk Sufiah telah membongkar rahasia bahwa Hariz adalah anaknya yang telah diserahkan kepada suami Datuk Sufiah untuk dijadikan anak angkat serta memberitahu Hariz bahwa Izzah tidak bersalah. Hariz yang menyesal dan sangat merindukan Izzah kemudian pergi ke kampung Izzah untuk membujuk supaya kembali kepangkuannya. Mila datang ke kampung Izzah dan menuntut cerai dari Hariz. Film ini berakhir dengan Izzah dan Hariz menjalani hidup bahagia tanpa rahasia lagi.


3.2  Analisis Feminisme tokoh “Izzah” dalam Film Ombak Rindu sutradara Osman Ali
1.      Perempuan yang baik hati, rajin, dan agamis
Kebaikan hati seorang wanita tampak pada perilaku ia sehari-hari, baik dia sedang berbicara, dan bahkan ketika ia sedang beribadah. Seperti yang terdapat dalam cuplikan film berikut ini:

‘sabar melayan Hariz yang telah membelinya.’ (18:41)
‘mengaji…’ (22:59)
‘tetap beribadah di tengah kesedihannya…’ (01:45:34)

2.      Perempuan mempunyai sifat yang tulus dan penuh kasih sayang
Sifat tulus dan kasih saying meski dalam menjalani kehidupan Izzah dapat dilihat pada cuplikan film berikut:

‘memandikan makcik/bibinya yang sakit…’ (04:13)
‘menyerahkan mahar sebagai tanda terima kasih telah dinikahi Hariz…’ (24:01)
‘penyayang binatang (kucing)…’ (46:26)
‘menjunjung tinggi rasa persahabatan…” (58:19)
‘tetap mengkhawatirkan keadaan suaminy, Hariz, meski dalam keadaan marah…’ (01:15:33)

3.      Perempuan yang tegar
Tetap kuat dalam keadaan sesulit apapun, terlihat pada cuplikan:
‘mampu meluluhkan hati Hariz…” (39:00)
‘tetap tegar setelah melihat berita mengenai calon madunya, Mila…” (47:54)
‘membawa diri ketika pernikahan Hariz dan Mila berlangsung…’ (56:15)
‘menepati janjinya kepada Hariz untuk tidak banyak menuntut…” (01:03:50)
4.      Perempuan yang setia
‘menjaga mahar pemberian Hariz…” (59:12)

5.      Perempuan yang pemaaf
Sifat lembut dan pemaaf Izzah yang terlihat pada cuplikan:
‘mempertahankan anak Hariz yang dikandungnya meski Hariz telah membuangnya…’(01:39:48)
‘memaafkan Hariz secara langsung…’ (01:50:42)




BAB IV
PENUTUP

    4.1 Kesimpulan
Dari setiap cuplikan film yang merupakan simpulan dari analisa feminisme pada tokoh Izzah, dapat disimpulkan bahwa feminisme sangat berlaku untuk pertahanan posisi perempuan dan kekuatan yang ia miliki dalam menghadapi berbagai permasalahan rumit yang terjadi pada hidupnya.
Hal ini sesuai dengan pengertian feminis berasal dari kata feme  (woman), berarti perempuan (tunggal) yang berjuang untuk memperjuangkan hak-hak kaum perempuan (jamak), sebagai kelas sosial. Dalam hubungan ini perlu dibedakan antara male dan female (sebagai aspek perbedaan biologis, sebagai hakikat alamiah), masculine dan feminine (sebagai aspek perbedaan psikologis dan kultural).
Dalam menilai karya sastra, cara yang sering dipakai adalah analisa secara tekstual. Salah satu bentuk yang lain yang juga digunakan dalam memahami karya sastra adalah analisis tekstual feminis. Analisis tekstual feminis mengandung dua hal yang penting yaitu analisis tekstual dan analisis feminis.

4.2 Saran
            Dengan adanya pembahasan-pembahasan di atas, semoga dapat menambah pengetahuan tentang Ilmu Teori Sastra khususnya dalam kajian Feminisme. Pada akhirnya apabila dalam pembahasan tersebut masih ada kekurangan, pemulis harapkan adanya kritik yang sifatnya membangun, guna memperbaiki pembahasan-pembahasan selanjutnya.





DAFTAR PUSTAKA

Muslikhati, Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam.   
Jakarta: Gema Insani. Hal: 17
Ratna, Nyoman Khuta.2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar:
Yogyakarta


[1] Muslikhati, Siti. 2004. Feminisme dan Pemberdayaan Perempuan dalam Timbangan Islam. Jakarta: Gema Insani. Hal: 17
[3] Ratna, Nyoman Khuta.2004. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta. Hal: 184


Sedikit cuplikan Film Ombak

0 komentar:

Post a Comment

Template by:

Free Blog Templates